Selasa, 27 Januari 2009

Sport

Sportivitas Harga Mati

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Sebagi salah satu tim sepak bola yang amat bersinar di negerinya inggris maupun di daratan eropa, menjadi tim impian para penggila bola di daratan sana seperti menjadi takdir sang maestro tim sepak bola ini. Ya, Manchester United yang akrab dengan singkatan namanya yaitu MU. Menjadi akrab di telinga penikmat aksi pawang bola bundar di lapangan hijau.

Kemegahannya ternyata tidak hanya meajai di daratan diman klub megah ini dilahirkan. Keperkasaanya di lapangan hijau dengan segala hiasan prestasi pun tidak lagi menjadi rahsia masyarakat. Sudah banyak berbagai negara untuk berlomba-lomba untuk menelurkan pemain-pemain yang layak bermain di tengah pemain-pemain berkelas di MU sebagai tolak ukur kesuksesan pemarintahnya dalam membina cabang olahraga yang telah menjadi olahraga di dekade ini.

Ternyata berita tersebut tidak hanya berhenti di daratan kulit putih. Namun, dengan alsan longgarnya informasi yang semakin pesat ternyata kabar emas tersebut telah sampai di telinga para pengelola maupun pemain di dunia perspakbolaan di negeri ini. Menjadi impian tersendiri, bagai mimpi di siang bolong, persinggahan pesepakbola nasional di team yang berjuluk Red Devil ini.

Merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi negeri ini saat team berah ini berkeputusan untuk mencantumkan Indonesia sebagai salah satu angenda tur di negara asia bagi peningkatan kualitas pemain sekaligus menyapa penggemarnya. Menjadi kebangaan tersindiri ditengah krisis glbal yang sedang melanda negeri ini, angin sejuk datang dari persepakbolaan negeri ini saat kita menjadi miskin prestasi di segala bidang.

Kondisi ini sentak menyentik dengan keadaan persepakbolaan yang kian amburadul. Menjadi momen yang baik pula saat kita bersedia untuk memberikan kesempatan bagi para praktisi bidang olah raga ini unuk segera memebenahi diri dalam mengelola persepakbolaan negeri ini.

Kerusuhan supporter yang identik dengan bebagai penuelenggaraan perhelatan sepak bola menjadi masalah yang amat pelik yang tidak kunjung terselesaikan. Ditambah lagi dengan manajemen olahraga di negeri yang kian carut marut dari masa kemasa.

Sportivitas

Sebagai negeri yang notabene merupakan negeri yang banyak mendapatkan terpaan masalah dari berbagai segi permasalahan yang kian banyak menerpa negeri ini. Tidak seharusnya kita dapati hanya berpangku tangan tanpa adanya tindakannya dari segala pemasalahan yang ada.

Begitu pula dengan permasalahan negara ini dibidang olah raga yang mendapat gempuran yang tidak sedikit dari berbagai pihak. Kian terpuruknya dunia olah raga di negeri ini tidak saja di sebabkan oleh oknum-oknum di dalam organisasi olahraga namun tanggapan dari masyarakat baik yang mendukung, atau tidak, mulai dai tindakan apatis sampai dengan anarkis.

Tentunya kita tidak tega menunjukan wajah aib keolahragaan kita dimata negeri lain yang notabene merupakan salah bopeng dari wajah negri ini. Sebagai rasa tanggung jawab kita sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab bagi para masayarakat yang harus dibayar atas kesedian Red Devil untuk bersedia di tanah pertiwi ini.

Sportivitas harga mati! Adalah harga itu. Mengerti akan kekalahan dan mengerti akan pengalaman dan pelajaran yang diperoleh baik dari kebaikan maupaun keburukan yang diperoleh. Lebih menghargai penalan dibandingkan penghargaan.

)* Mahasiswa Administasi Publik angkatan 2007 FISIP-Undip

Tidak ada komentar: