Selasa, 27 Januari 2009

Sajak


Numerik
000009
Satu

Bak suatu samudra
Tak pernah ia pamrih memberikan kesejukan wajah nusantara
Bak tak pernah lelah
Dia memberikan suatu hal yang sangat berarti
Tanpa-nya aku tidak tahu prahara akhir dunia ini
Air di samudra bak cermin diri sang angkuh
Air di samudra bak cermin yang memantulkan segala pengaruh negatif pada suatu singgasana terang di sana
Tak pernah engkau fikirkan
Bahwasanya tak pernah seorang peduli pada mereka
Tak pernah engkau rasakan
Rasa kepahitan yang senantiasa terus menerus merengkuh
kebahagian mereka….


Dua

Ada suatu gelas yang dentingnya memeah cakrawala
Bagai terbelah serpihannya menabur hasrat para insan di muka
There is something that ever I seen…
There is something…
Sayang begitu sayang
Denting itu lekas menghilang…
Bak tak pernah diketahui kemana mereka akan beradu
Tak pernah tahu aku membayangkan itu di benakku
Namun…,
Semua arah akan ada lawan
Semua sinarnya tak penah ia tak pantulkan
Semua akhirnya akan mencapai suatu kebenaran
Semua akhirnya akan mencapai suatu hakekatnya
Kematian…, dan akhir sejarah itu pasti…

Tiga

Lalu kemanakah kaki ini akan melangkah?
Di mana angin berhembus?
Di mana air mengalir?
Atau..,
Di mana tanah ini mencapai tujuannya?
Tidak…!
Akau tidak akan mencapai apalagi menggapainnya
Aku adalah pribadi lepas
Lepas dari tali yang menjerat zaman ini
Tak pernah dan tidak mungkin
Namun,
Jika,
Akankah?... Semua itu pastilah adalah kejutan
Semua pastilah adalah suatu kebenaran
Jika kau merenungi, itulah suatu kepastian


Empat

Jerat amarah tak henti membakar jiwaku
Jeratan itu lebih erat dari sebelumnya
Waktu mereka melihat, apakah kepedulian itu ada?
Ya,
Suatu pengabdian,
Namun, apakah ini takdir seoang insane pribadi-Mu?
Selalu terjerat untuk melakukan hal itu…
Tujuan…,
Apakah itu ada?
Bagiku hanyalah abu-abu yang selalu terjaga
Walau…,
Tangan ini berusaha untuk menhitamkannya…
Putih? Tidakkah engkau melihat kenstaannya?
Rela menodai dan dinodai, tak punya prinsip!!!


Lima

Saat putih itu terpuji…,
Dialah sebenarnya hak terangkuh kini
Tak pernah ia fikirkan jika memang mau,
Namun, apakah putih selalu suci
Adilkah kita, saat kehitaman kita anggap nista?
Hanyalah orang bimbang dan munafik mengutamakannya
Hanyalah tutur kata kata mereka-mereka yang ia-ia
Dendang…, dan dengarkan…,
Tak penah peduli…
Falsafah putih itu…
Putih yang tiada berujung, bak…
Kebimbangan yang tak berbatas
Tamat…

tsanny '07

Tidak ada komentar: