Jumat, 16 Januari 2009

Budaya

Belajarlah Dari Kepahitan Maja!

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Bhineka tunggal ika, ijo royo-royo gemah ripah loh jinawi, hanyalah beberapa julukan yang dapat mendeskripsikan sebagian keajaiban negeri ini sebagai negeri yang amat disegani oleh bangsa lain. Bahkan pesona negeri ini telah meramabah ke negeri tetangga sehingga terjadi benturan kebudayaan karena klaim sepihak yang pernah kita rasakan begitu sakit saat itu.

Sebagai negeri yang amat besar, Indonesia lengkap dengan segala keanekargam kebudayaannya tidak dapat dipungkiri telah banyak menyedot para seniman dan budayawan negara lain untuk mempelajarinya dan menyebarkannya di negeri mereka masing masing. Begitu besarnya penghargaan negeri asing dengan kebudayaan kita. Tidak hanya fisikal namun beruapa tidak laku yang tersiarat dalam geraka tarian, keindahan ukiran hingga megahnya peradaban nenek moyang.

Sayangnya kita sebagai bangsa tidak pernah menyadari adanya keindahan yang begitu luhur dan begitu tinggi tersebut. Sering kita silau dengan peredaban negeri lain padahal belum tentu budaya yang kita lihat dan kita lakukan itu baik bagi bangsa ini. Hal ini amatlah normal di era globalisasi saat ini dimana negara manapun praktis tidak memiliki batas dalam hal informasi dan sosialisasi. Ironisnya, akibat yang kini sedang terjadi di Indonesia saat ini adalah keacuhan pada kebanyakan generasi muda pada kebudayaan bangsa ini.

Kita tentunya lebih bangga saat kita menggenakan pakaian trendy yang sering kita genakan dibandingkan dengan kita menggenakan batik. Kita lebih tertarik menonton humor modern di teve dari pada kesenian rakyat seperti ludruk sebagai pengganti tontonan tersebut. Tidak hanya terdapat pada perilaku pasif namun, tindakan pelecehan dan ketidakpedulian bangsa ini tergambar jelas pada perilaku kita sebagai bangsa yang terkenal dengan budi pekerti yang luhur.

Jika hal tersebut terus berlangsug, sudah menjadi kepastian yaitu hilangnya nilai keluhuran budaya bangsa ini dan tidak dapat kita lama nikamati. Hal ini dikarenakan kemandulan regenerasi pelestarian budaya negeri ini. Jangan berharap banyak perbaikan martabat negeri ini di masa yang akan datang apabila dari saat ini kita belum bisa menghargai bangsa sendiri.

Pengrusakan situs budaya di ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur hanyalah segelintir masalah kita dengan budaya kita sendiri. Menjadi gambaran tersendiri bagi bangsa ini tentang betapa kita begitu jauh dengan budaya kita sendiri, yang notabene merupakan warisan kita sebagai bangsa yang amatlah berharga, dalam perjalanan bangsa ini dari masa ke masa. Karena kebudayaan adalah sisi keleganan bangsa yang tidak saja akan menjadi pesona keindahan, namaun kearifan dan ketulusan sebagai bangsa yang tercermin saat kita berinteraksi dengan bangsa lain, cukup menjadi alasan kita untuk turut melestarikannya.

Kali ini ternyata kita sebagai bangsa yang ingin dihargai berbuat ulah lagi dengan menurunkan harga diri bangsa ini yang amat pahit tentunya. Artefak yang notabene tak ada nilai yang pantas untuk menghargai kemegahan peradaban yang telah dicipatakan para komunitas Majapahit. Tidak dapat ditampik bahwa telah banyak pula keringat, baik dana maupaun pikiran yang dikucurkan untuk mengungkap kemegahan sang maestro kerajaan jawa kuno ini.

Terlalu naif, ketika bangsa ini hanya menyalahakan ketidakbecusan selama ini, pada arkeolog dan sejarahwan negeri ini. Namun, selebihnyakita mendapatkan ruang dalam mengintrepretasikan pengabdian kepada negeri. Tinggal kita menungggu apa yang akan dilakuakan dengan kejahatan bangsa berupa pengrusakan yanag amatlah jelas ada di depan pelupuk mata. Keprihatina kah, kepedulian kah atau langkah pasti kah yanag akan bangsa ini tempuh.

Sebagai salah satu negeri yang bermartabat ini, kebudayaan adalah satu-satu jalan bagai kiata untuk emeperkenalkan jati diri bangsa ini kepada masyarkat di belahan bumi yang lain. Merraka secara tidak sadar memberikan perhatian penuh terhadap segala bentuk eksplorasi yang mengungkapkan betapa megahnya negara kita tercinta.

Hal tersebut dapat tersirat pada pengiriman arkeolog negeri seberang yang hanya memiliki niat untuk meliahat kemegahan negeri ini. Para arkeolog asing berani mengorbankan tenaga waktu dan dananya hanya untuk melihak keelokan negeri ini. Irinosnya kita tidak pernah menyadari hal tersebut. Keindahan rumput tetangga hanya satu-satunya daya tarik bangsa ini dalam mengekspresikan diri sebagai budaya modern dan masa kini.

Keputusasaan

Padahal banyak hal yang belum terungkap tentang betapa kita memiliki keluhuran nilai di setiap goresan budaya bangsa. Sering kita tidak menyadari hal tersebut dan hanya memeras perhatian kita pada eksplorasi kebudayaan bangsa lain yang dianggap lebih megah dan lebih prestise.

Keputusasaan sebagai bangsa yang berbudaya amatlah jelas tersirat dalam segala tindak laku bangsa ini. Eksplorasi yang kadang menguras segala daya yang ada di negeri ini dan berlangsung amat lama tidak kunjung dapat memberikan kita pacuan untuk mengungkap hal yang masih tersembunyi itu, tapi lebih memilih mengambil langkah seribu dari benang kusut kebudayaan bangsa yang belum terurai. Langkah benar-benar sangat menggambarkan sebuah keputusasaan sebagai bangsa.

Keputusan pahit ini terbuka saat kita melihat begitu sadisnya kiata sebagai bangsa melihat pengrusakan peninggalan salah satu kerajaan jawa terbesar, dengan membiarkannya begitu saja. Dengan sampul yang manis pula para orang pintar di negeri ini menutupi borok baru di perjalanan eksplorasi suatu negeri zamrud katulistiwa ini.

Dengan dalih positif berupa pendirian pusat informasi, menjadi tidak amat terpuji ketika mega proyek tersebut direal-kan dengan penindihan situs Kerajaan Majapahit. Yang ada hanyalah sebuah pengancuran kebudayaan negeri yang amat terang-terangan yang praktis tidak mendapatakan perhatian kongkrit dari pada pemerhati cagar budaya kita terutama pemrintah negeri ini.

Telah jelas tersurat dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Benda Cagar Budaya, pasal 9, 28, dan 29 bahwa kecacatan dalam proyek pengrusakan cagar budaya negeri ini amat jelas terlihat. Hanyalah ketidakacuahan yang ternyata diperoleh dari segala jerih payah para pembangun peradaban Majapahit. Dengan tidak mempertimbangkan begitu banyak sumbangsih mereka pada bangsa ini.

Hal yang dapat di petik dari peristiwa ini hanyalah hilangnya suatu harapan bangsa dengan budayanya beserta sejarahnya sendiri dalam membangun bangsa ini supaya lebih bermartabat. Kelamaan dalam eksplorasi cagar budaya ini ternyata tidak lekas membuat kita sebagai bangsa yang sabar dan selalu mengedepankan ke-instannan yang ternyata diadopsi pula dalam hal ini.

Bukan hal yang memang tidak realistis dengan segala pergulatan pencarian kebenaran di suatu eksplorasi perkepanjangan. Namun bukan hal yang bijak pula saat kita tidak dapat memaknai lebih tinggi pada suatu proses. Terutama dalam hal masalah ini ternyata kita kurang menunjukan kedewasaan kita dalam berbangsa.

Memaknai Kegagalan

Hal yang menjadi permaslahan tersendiri yang terjadi di era saat ini adalah ketika bangsa ini kurang dapat memaknai tentang adanya suatu nilai yang tinggi dalam suatu kegagalan. Saat kita mau merenungkan mengenai makna itu bukalah hal yang yang cukup untuk sebuah pemaknaan kegagalan. Adalah ketika bangsa dapat memetik pelajaran dari kegagalan yang pernah dilakukan di masa lampau dan diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan nyata yang tentunya dapat berfedah banyak bagi negeri ini

Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Adalah kalimat yang perlu kita patrikan pada setiap lubuk hati bangsa ini. Sehingga terdapat segala tindakan yang bersifat pengembangan dari segala tidakan sebelumnya sehingga selalu terjadi perkembangan positif dalam perjalanan di negeri ini. Tidak hanya perubahan yanag diinginkan namun lebih dari itu yaitu semakin dewasanya negeri ini.

Sejarah kita dihiasi tentang berbagai jenis kegagalan masa kememasan suatu kekuasaaan yang tumbang hanya karena kesalahan oknumnya. Jika kita tidak mau berubah pada saat ini tidak akan pernah kita dapat menggoreskan tinta emas di masa yang akan datang.

Tidak dapat dipungkiri apabila kekgagalan adalah suatu pengalaman yang yang amat menyekitkan. Namun, semua penyebab tumbangnya peradaban besar di negeri ini disebabkan karena ketidakterdapatan keahlian dalam mengevaluasi kegagalan yang terjadi di masa lampau, dan memperbaiki segala sistem yang salah di masa kini sehingga kita tidak masuk dua kali pada jurang yang sama. Banyak pula peradaban yang berhasil membangun masyarakat dalam waktu yang sangat lama karena selalu bercermin pada kegagalan masa lalu, namun tumbanag karena kelalaian tersebut.

Tentunya kegagalan yang terjadi di dalam suatu sejarah negeri ini yang sering disebut dengan serentetan sejarah suram negeri ini, berharap untuk tidak lagi terulang di negeri ini di masa sekarang. Karena bukan hal yang terhormat ketika kita sebagai harus tersandung hanya karena kita kurang menghargai pelajaran kegagalan masa lalu

Dengan menjaga sejarah dan budaya luhur bangsa ini tentunya kita dapat mengambil nilai-nilai luhur dan mulai membangun peradaban negeri ini yang lebih kokoh. Bukan dengan keputusasaan, akan tetapi turut serta menjaga dan mencari kebenaran sebenarnya yang tersirat dari suatu guratan budaya negeri ini dan segala pengalaman sejarah yang ada.

)* Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik Angkatan 2007 FISIP-Undip

Anggota Administrator Muda Indonesia


1 komentar:

AlenNerS mengatakan...

Hai Itsnani...

Wah blog Lw isi na ttg makalah yaw???

Liat donk Blog Gw...

OK!!!