Minggu, 19 Oktober 2008

politik nasional

Indonesia Butuh Pemimpin Muda Berideologi


Jakarta (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan pemimpin muda yang berideologi untuk membawa bangsa menuju kesejahteraan, keadilan dan kedaulatan.

"Kriteria pemimpin yang dibutuhkan bangsa saat ini adalah yang memiliki ideologi jelas. Yang dimaksud ideologi yang jelas yaitu sistem politik, demokrasi sosial dan ekonomi pasar sosial. Saat ini ideologi tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik," kata tokoh pergerakan kaum muda yang juga pengamat ekonomi, Faisal Basri di Gedung Arsip Nasional Jakarta, Minggu.

Pada acara pembacaan Ikrar Kaum Muda Indonesia, yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda itu Faisal juga mengatakan, sudah saatnya kaum muda Indonesia diberi kesempatan untuk memimpin bangsa.

"Sebab kalau orang yang bermasalah pada masa lalu terus ada di panggung nasional maka bangsa kita akan terbelenggu oleh kesalahan mereka," katanya pada acara yang dihadiri sejumlah tokoh muda seperti pengamat politik Yudhi Latif, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti dan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit.

Menurut Faisal, bila tokoh-tokoh lama berusaha terus bertahan pada posisinya maka kesempatan bagi kaum muda untuk menjadi pemimpin bangsa akan tertutup.

"Kesempatan itu tidak akan terbuka karena para tokoh lama ini memutuskan untuk tetap bertahan karena ingin menutupi kesalahannya pada masa lalu," ujarnya.

Padahal, menurut dia, akan lebih baik bila kepemimpinan bangsa diserahkan kepada kaum muda.

"Serahkanlah pada kaum muda, yang saya yakin sangat luar biasa," katanya serta menambahkan pernyataannya tersebut tidak dikeluarkan sehubungan pelaksanaan Pemilu 2009.

Lebih lanjut dia mengatakan, sudah saatnya pintu kesempatan dibuka seluas-luasnya bagi kaum muda supaya mereka bisa berpartisipasi aktif dalam politik dengan gagasan yang segar dan progresif.

"Tentunya dengan tidak melupakan konstitusi negara," katanya.

Pembacaan Ikrar Pemuda Indonesia, yang dihadiri ratusan pemuda lintas profesi, suku dan agama, dilakukan sebagai bukti bahwa kaum muda terpanggil untuk bangkit melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Pelaksanaan kegiatan itu berawal dari keprihatinan kaum muda terhadap kondisi Indonesia saat ini, yang meskipun sudah berulang kali berganti presiden dan kabinet, tidak juga beranjak membaik dan bahkan justru semakin terbelit krisis.(*)

COPYRIGHT © 2007

sumber: http://www.antara.co.id/

Ekonomi Dunia

Resesi Amerika
Senin, 21 Januari 2008
Negara sekuat Amerika Serikat ternyata mengandung beberapa kelemahan juga. Tak disangka, Ekonomi AS setahun terakhir mengalami perlambatan hingga memicu terjadinya resesi. Pemicunya adalah krisis kredit bermasalah sektor perumahan (subprime mortgage). Sejumlah perusahaan besar seperti Merrill Lynch dan Citigroup merugi besar-besaran. Data ekonomi AS, baik tenaga kerja maupun inflasi, juga cukup mengkhawatirkan.

Laporan bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, yang dirilis Kamis (17/1) lalu menyebutkan, sektor ritel, perumahan, dan otomotif AS menunjukkan tanda-tanda melemah. Libur panjang selama akhir 2007 tak mampu mendongkrak belanja konsumen.

Dalam laporan yang populer disebut dengan Beige Book itu, 12 distrik Federal Reserve menyatakan bahwa aktivitas ekonomi meningkat secara sedang selama periode survei (pertengahan November hingga Desember 2007). Dari seluruh distrik, menurut laporan The Fed, tujuh di antaranya melaporkan kenaikan aktivitas tipis, dua melaporkan kondisi beragam, dan aktivitas di tiga distrik dilaporkan melambat.

Sejumlah anggota Kongres AS dan pejabat mendesak agar ada pemotongan pajak sedikitnya 300 dolar AS per wajib pajak. Namun, sejumlah kalangan berupaya agar pemotongan pajak hingga 800 dolar AS per orang, atau 1.600 dolar AS per rumah tangga. Langkah itu menyertai kemudahan pajak bagi pebisnis.

Dengan semakin meningkatnya kekhawatiran akan bertambah cepatnya laju resesi, Presiden AS George Walker Bush dan sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik, tampaknya, berkeinginan membuat sebuah konsesi dengan Partai Demokrat. Rencana konsensus muncul di tengah menyeruaknya kabar terbaru krisis ekonomi dan kecenderungan penurunan di Bursa Saham Wall Street. Hal itu mendorong Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke dan sejumlah pejabat lain untuk membicarakan perlunya bertindak lebih cepat.

Presiden Bush sendiri mendesak Kongres segera menyetujui rencana stimulus ekonomi senilai 140 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.330 triliun). Permohonan Bush itu disampaikan di tengah meningkatnya konsensus tentang perlunya mengundangkan rencana mencegah resesi lewat sebuah program stimulus yang dilandasi pemotongan pajak dan kemudahan-kemudahan bisnis. Bush mengatakan, nilai paket tersebut harus cukup fantastis untuk membuat adanya perbedaan di dalam sebuah perekonomian yang sebesar dan sedinamis perekonomian AS.

Lantas bagaimana dampaknya terhadap Indonesia? Meski indikator makroekonomi membaik pada 2007, pemerintah dan BI memilih bersikap waspada merespons paket ekonomi AS. Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengatakan, ancaman resesi global masih ada. Ancaman kenaikan harga-harga komoditas masih cukup besar, terutama dari harga minyak. Resesi di Amerika jelas memiliki dampak pada negara lainnya. Uni Eropa bahkan sudah mulai bersiap-siap menghadapi krisis ekonomi pasca resesi Amerika itu. Indonesia, tentu harus lebih waspada.

Jangankan krisis global, satu produk impor saja yang tidak normal, negeri ini kelimpungan. Tengoklah ketika harga kedelai impor dari AS dinaikkan, para pedagang tempe menjerit dan melakukan aksi demo. Ironis tentu saja. Di negeri yang petaninya banyak, lahannya luas, tanahnya subur, tak bisa dihasilkan kedelai, dan negeri ini berketergantungan kepada negara lain. Amerika pula namanya. Tentu saja, resesi Amerika akan memiliki dampak yang signifikan bagi bangsa ini karena ketergantungan yang masih belum juga mampu diatasi. Mentalitas ketergantungan, malas dan tidak kreatif menjadikan bangsa ini terus ‘’dijajah’’ imperialisme modern. Negeri besar resesi, negeri ini ikut terkena dampak. Namun negeri lain makmur, kita juga tetap krisis. Sampai kapan?

Sumber: http://www.riaupos.com/

Jumat, 03 Oktober 2008

perguruan tinggi

Mar
Survey Kompas
Posted by admin Published in Uncategorized

Survei Tempo 2007 : Sepuluh Kampus Impian Dunia Kerja.

Pendidikan tinggi memang masih diyakini sebagai jalan tol meraih masa depan gemilang di pasar kerja Indonesia yang sempit. Hingga awal 2007, negeri kita memiliki 10,9 juta penganggur — 20 persennya berijazah sarjana. Hasil riset pusat data dan analisa Tempo pada Januari di Jakarta dan sekitarnya mencatat ada 10 perguruan tinggi yang lulusannya dianggap favorit di pasar kerja. Hasil laporan tersebut menemukan, di luar sepuluh Universitas tersebut ada sederet lembaga pendidikan lain yang alumninya juga menjadi “primadona”.

Banyak orang menganggap lulus dari perguruan tinggi adalah modal utama untuk meraih kesuksesan. Jika ijazah sarjana sudah dalam genggaman, mencari pekerjaan adalah soal mudah. Itu sebabnya banyak orang rela membayar mahal biaya kuliah asalkan bisa jadi sarjana.

Benarkah anggapan itu? Ternyata tidak, menurut data Departeman Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah lulusan S1 yang menganggur terus bertamabah. Penganggur terbuka S1 jumlahnya mencapai 11%. Bahkan jika ditambah kategori setengah pengangguran angka itu melejit ke 37%. Angka pengangguran yang besar menunjukkan bahwa saat ini gelar sarjana bukanlah jaminan memperoleh perkerjaan dengan mudah.

Lapangan pekerjaan yang tersedia tampaknya tidak mampu menampung seluruh pencari kerja yang jumlahnya terus membludak. Situasi ini pada akhirnya menempatkan pencari kerja ke dalam posisi yang kurang menguntungkan, karena pihak perusahaan hanya bersedia merekrut tenaga-tenaga kerja yang handal dan professional. Di tengah posisi tawar yang semakin rendah, para sarjana harus menghadapi persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan posisi pekerjaan yang tersedia.

Lalu, apakah kompetesi akan berhenti sampai seseorang lulusan berhasil memperoleh pekerjaan saja? Tentu tidak. Lulusan yang baru saja duduk di kursi aman pertama. Dunia kerja selalu penuh persaingan. Bahkan, boleh dibilang kompetisi sebenarnya baru saja dimulai.

Mencermati ketatnya persaingan dunia kerja yang pasti akan dihadapai, para mahasiswa dan calon mahasiswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik. Apa saja yang perlu dipersiapkan mahasiswa agar menjadi lulusan berkualitas? Faktor-faktor apa saja yang menentukkan kesuksesan ketika berada di dalam dunia kerja? Bagaimana persepsi dan harapan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi S1? Manakah lulusan perguruan tinggi yang dianggap terbaik dipandang dunia kerja?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) untuk kali ke empat melakukan survei seputar perguruan tinggi. Berbeda dari survei-survei sebelumnya yang menggali persepsi terhadap perguruan tinggi dari sudut pandang masyarakat dan para ketua program studi, survei kali ini dilihat dari sudut pandang dunia kerja, yaitu bagaimana persepsi dan harapan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi S1. Survei ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang bermanfaat bagi pembaca khususnya para calon mahasiswa perguruan tinggi agar dapat mempersiapkan langkah-langkah yang tepat guna membentuk pribadi yang siap menghadapai tantangan ke depan.

Tujuan Survei

- Mengetahui perguruan tinggi mana yang menghasilkan lulusan terbaik
- Menggali image/persepsi dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi S1
- Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dibutuhkan dunia kerja
- Menggali aktivitas apa saja yang harus dipersiapkan selagi mahasiswa untuk mendukung keberhasilan dalam dunia kerja
- Mengetahui level posisi pekerjaan yang ditempati para lulusan S1

Metodologi Survei

Survei dilakukan dengan cara mewawancarai responden secara langsung (face to face interview), dengan alat bantu pengumpulan data berupa daftar pertanyaan. Responden dipilih melalui quota sampling.

Responden terbagi menjadi dua panel yaitu (1) User dan (2) Recruiter. Batasan responden User adalah mereka yang memiliki/pernah memiliki bawahan langsung lulusan S1 dalam 3 tahun terakhir, menempati posisi manajer ke atas, berpendidikan S1 dan mengetahui kemampuan dan karakter masing-masing bawahannya. Panel User terdiri dari berbagai bidang manajerial, namun tidak termasuk bidang personalia/HRD. Sementara batasan responden Recruiter adalah mereka yang berkerja di bidang personalia/HRD atau perusahaan konsultan penyedia tanaga kerja (Head Hunter), pernah merekrut lulusan S1 dalam 3 tahun terakhir, menempati posisi manajer ke atas dan berpendidikan minimal S1.

Waktu Survei : Desember 2006 - Januari 2007
Responden : 135 orang, terdiri dari 80 pengguna tenaga kerja dan 55 perekrut.
Lokasi : Survei ini dilakukan di Jakarta, Jawa Barat (Bandung, Bogor, Bekasi, dan Depok), Banten (Tanggerang). Karenanya besar kemungkinan ada bias Jawa-sentris–perguruan tinggi di luar Jawa yang masuk 20 besar lebih sedikit dari yang seharusnya. Namun, pengaruh bias ini diduga tidak bermakna, karena lapangan kerja terkonsentrasi di ketiga provinsi ini.

Profil Responden

Mayoritas jabatan pekerjaan responden adalah setingkat manajer (82%), selebihnya senior manajer (4%), general manajer (4%), direktur/ direksi (8%), dan pemilik perusahaan (2%). Sementara itu, bidang manajerial yang ditangani responden panel User cukup menyebar dengan proporsi tersebar di bidang pemasaran (34%).

Hasil Survei

Berdasarkan pendapat para User dan Recruiter yang mewakili dunia kerja, empat urutan teratas lulusan perguruan tinggi S1 terbaik diisi oleh lulusan dari perguruan tinggi besar di Indonesia. Lulusan Universitas Indonesia (UI) menempati urutan pertama sebagai lulusan terbaik dengan indeks thurstone 14,5, mengungguli ITB (13,3), UGM (11,6), dan IPB (11,4).

Selanjutnya urutan ke-5 sampai ke-10 diisi oleh lulusan dari ITS, UNAIR, Trisakti, UNPAD, Univ. Atmajaya Jkt serta UNDIP yang saling bersaing menempati urutan ke-9 dan ke-10.

Kualitas lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi tidak terlepas dari dukungan fasilitas kampus yang memadai, seleksi penerimaan yang ketat, pengajar bermutu serta metode belajar mengajar yang baik. Di samping itu, sebagai perguruan tinggi paling tua di Indonesia, UI, ITB, UGM, dan IPB tampaknya memiliki pengalaman bagaimana menciptakan lulusan yang berkualitas.

Sementara itu, masuknya lulusan Universitas Trisakti di urutan ke-7 dan Universitas Atmajaya Jakarta di urutan ke-8 menujukkan bahwa lulusan perguruan tinggi swasta mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi negeri.

Karakter Juara

Faktor keluarga dan masyarakat, kehidupan kampus memberikan pengaruh yang signifikan dalam membentuk karakter lulusan. Sistem perkuliahan, atmosfer pergaulan, budaya kampus, serta kondisi lingkungan di sekitar kampus telah membentuk karakter yang kuat di dalam diri para lulusan. Oleh karena itu, survei ini juga menggali bagaimana dunia kerja memandang karakteristik masing-masing lulusan perguruan tinggi.

Berikut ini peta persepsi dunia kerja tentang karakter lulusan 10 perguruan tinggi tersebut.

Gambar merupakan peta persepsi dunia kerja terhadap karakteristik lulusan perguruan tinggi terbaik. Peta persepsi ini memuat 10 objek (lulusan perguruan tinggi) dan 17 atribut (pernyataan yang berhubungan dengan karakter). Semakin dekat jarak sebuah atribut dengan objek semakin kuat karakter tersebut melekat kepada diri lulusan. Sementara itu titik-titik objek yang saling berdekatan menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi yang satu mempunyai kemiripan karakter dengan lulusan perguruan tinggi yang lain.

Dari gambar menujukkan bahwa lulusan UI, ITB, UGM, dan IPB memiliki kemiripan karakter. Karakter yang melekat pada keempat lulusan perguruan tinggi tersebut yaitu memiliki kemampuan akademik yang baik, mempunyai perencanaan yang matang, mempunyai visi ke depan serta mempunyai kemampuan berpikir analistis.

Lulusan ITS, UNAIR, dan UNDIP dikenal sebagai lulusan yang mau bekerja keras serta mampu bekerja dalam tekanan. Lulusan UNPAD adalah lulusan yang mampu mengorganisasikan pekerjaan dan mengaplikasikan kemampuan akademik dalam bidang pekerjaan. Sedangkan lulusan Trisakti dan Atmajaya dikenal memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berbahasa Inggris.

Informasi ini merupakan pandangan umum dunia kerja terhadap kualitas lulusan perguruan tinggi. Setiap lulusan perguruan tinggi tampak memiliki keunggulan masing-masing. Meskipun bukan satu-satunya ukuran dalam memilih perguruan tinggi yang akan dimasuki, mempertimbangkan kualitas lulusan dapat menjadi nilai tambah informasi yang bermanfaat kepada para calon mahasiswa.

Andakah yang dicari?

Indeks Prestasi ternyata faktor penting untuk cepat mendapatkan pekerjaan. Sayang, lulusan perguruan tinggi negeri masih dianggap yang terbaik.

“Pintar di Kampus dan Jago Bahasa Inggris Lebih berpeluang”
Quote:
Faktor-faktor awal yang dipertimbangkan perusahaan ketika akan merekrut lulusan S1 Fresh Graduate (berdasarkan rangking):
1.Indek prestasi komulatif
2.Kemampuan bahasa Inggris
3.Kesesuaian program studi dengan posisi kerja
4.Nama besar Perguruan Tinggi
5.Pengalaman kerja/magan
6.Kemampuan aplikasi komputer
7.Pengalaman organisasi
8.Ada rekomendasi dari pihak tertentu

Langkah pertama yang dilakukan oleh para lulusan perguruan tinggi untuk masuk ke dunia kerja adalah mengirimkan lamaran kepada perusahaan yang ingin dimasuki. Oleh pihak perusahaan, surat lamaran yang masuk akan diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil survei, kriteria awal yang paling diutamakan oleh pihak perusahaan setelah menerima surat lamaran dari lulusan S1 fresh graduate adalah nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi, IPK dipandang sebagai ukuran keberhasilan seseorang lulusan dalam menyelesaikan kuliahnya. Temuan ini menjelaskan bahwa memiliki IPK yang tinggi merupakan modal awal bagi lulusan S1 fresh graduate dalam membuka peluang masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, para mahasiswa sebaiknya tidak melupakan tugas utamanya selama berada di bangku kuliah, yaitu memperoleh nilai akademik yang baik.

Faktor selanjutnya yang dilihat perusahaan adalah kemampuan bahasa Inggris serta kesesuaian antara program studi pelamar dengan posisi yang ditawarkan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mempertimbangkan asal perguruan tinggi dari pelamar. Lulusan perguruan tinggi yang memiliki nama besar tampak mendapatkan prioritas yang lebih tinggi, dari survei, menampilkan urutan faktor-faktor yang dipertimbangkan perusahaan-perusahaan akan merekrut lulusan S1 fresh graduate.

Rangkaian test yang harus dihadapai

Menurut survei, ada tiga jenis tes yang umumnya dilakukan oleh sebagian besar perusahaan dalam proses perekrutan karyawan lulusan S1 fresh graduate, yaitu tes wawancara, psikotes, dan tes kesehatan. Sementara itu, tes yang bersifat kemampuan (tes komputer, bahasa inggris, dll) dilakukan tergantung dari masing-masing posisi pekerjaan.
Quote:
Rangkaian test yang harus dihadapi, berdasarkan indeks :
1. Wawancara
2. Psikotest
3. Kesehatan
4. Kecakapan komputer
5. Kemampuan bahasa Inggris
6. Kompetensi bahasa Inggris
7. Tes Matematika
8. Kompetensi dalam berbahasa Indonesia
9. Tes Lainnya

Performa apa saja yang harus dipenuhi oleh lulusan untuk meraih kesuksesan di dunia kerja?
Quote:
Sepuluh karakter yg dinilai
Berdasarkan ranking :
1.Mau bekerja keras
2.Kepercayaan diri tinggi
3.Mempunyai visi kedepan
4.Bisa bekerja dalam Tim
5.Memiliki kepercayaan matang
6.Mampu berpikir analitis
7.Mudah beradaptasi
8.Mampu bekerja dalam tekanan
9.Cakap berbahasa Inggris
10.Mampu mengorganisasi pekerjaan

Dari tabel, menampilkan faktor-faktor yang menentukkan kesuksesan lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja. Faktor-faktor ini digali dari pendapat para recruiter dan user yang mewakili dunia kerja. Kepada mereka, diberikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan performa yang harus dipenuhi seseorang karyawan lulusan perguruan tinggi. Selanjutnya diminta mengurutkan pernyataan-pernyataan tersebut, mana yang paling dipentingkan pertama, ke-2, ke-3, dan seterusnya.

Dari sekian faktor yang inilai oleh para User dan Recruiter, kemauan bekerja keras terpilih sebagai faktor yang dianggap paling memberikan pengaruh terhadap kesuksesan lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja. Untuk meraih kesuksesan, para lulusan yang telah masuk dunia kerja harus memiliki semangat pantang menyerah dan selalu menjadikan semua persoalan yang dihadapi sebagai pengalaman dan pelajaran yang berharga. Faktor selanjutnya yang menentukkan kesuksesan adalah memiliki kepercayaan diri, mempunyai visi ke depan, dan seterusnya.

Melihat gambaran di atas, ternyata faktor-faktor yang bersifat motivasi/personality (mau bekerja keras, mempunyai kepercayaan diri, dan memiliki visi ke depan) menempati urutan teratas sebagai faktor penentu kesuksesan. Hal ini menjelaskan bahwa jalan menuju kesuksesan akan selalu terbuka jika kita memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk meraihnya.

Apa yang harus dipersiapkan mahasiswa agar berhasil di dalam dunia kerja?

Dari sudut pandang dunia kerja (yang diwakili oleh Recruiter dan User), aktif berorganisasi dinilai paling memberikan pengaruh terhadap kesuksesan seorang lulusan. Beragam aktivitas yang dijalani mahasiswa di dalam organisasi kampus dapat memberikan pembelajaran tentang bagaimana bekerja dalam tim, bertanggung jawab, dan membuat perencanaan yang baik.

Mengasah kemampuan bahasa Inggris termasuk aktivitas yang sangat penting dilakukan mahasiswa. Aktivitas ini menempati urutan ke-2 sebagai faktor yang berperan mengantarkan lulusan kepada kesuksesan. Seperti kita ketahui, saat ini bahasa Inggris memang telah menjadi alat komunikasi internasional yang kerap digunakan orang untuk berkomunikasi di dalam dunia kerja.

Sementara itu belajar dengan tekun menempati urutan ke-3 sebagai faktor yang membentuk mahasiswa menjadi lulusan berkualitas. Namun demikian, aktivitas ini memiliki peranan yang sangat penting dan harus terus diperjuangkan agar mahasiswa bisa memperoleh nilai IPK yang tinggi. IPK yang berperan besar untuk membuka jalan menuju dunia kerja, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, faktor ini merupakan syarat pertama yang paling dipertimbangkan perusahaan ketika menyeleksi surat lamaran pekerjaan dari lulusan S1 fresh graduate.

Berdasarkan paparan di atas, untuk membentuk diri menjadi lulusan berkualitas seorang mahasiswa harus mampu untuk menjalankan aktivitas akademis dan aktivitas non-akademis secara seimbang. Mahasiswa sebaiknya tidak hanya memfokuskan diri untuk menekuni kegiatan perkuliahan saja, tetapi juga perlu melibatkan diri di dalam aktivitas-aktivitas non akademis seperti berorganisasi, mengikuti perkembangan informasi, mengembangkan networking serta mengasah kemampuan teknis seperti kemampuan berbahasa Inggris dan aplikasi komputer.
Quote:
Agar Lulus BekualitasTekun belajar bukan satu-satunya cara untuk menjadi lulusan berkualitas. Anda perlu kegiatan tambahan. Inilah tips dari dunia kerja (berdasarkan indeks) :

Enam Tips dari dunia kerja berdasarkan rangkingnya :
1.Aktif berorganisasi
2.Mengasah bahasa Inggris
3.Tekun belajar
4.Mengikuti perkembangan informasi
5.Memiliki pergaulan luas
6.Mempelajari aplikasi komputer

Pada level posisi apa lulusan perguruan tinggi S1 bekerja?

Kajian berikut menampilkan gambaran perjalana karir lulusan S1 di dalam dunia kerja. Posisi apa yang biasanya diisi oleh lulusan S1 fresh graduate pada entry position? Berapa lama karyawan harus bekerja untuk dapat mencapai posisi manajer? Gambaran berikut ini merupakan keadaan yang secara umum terjadi di perusahaan-perusahaan yang ada di Jabodetabek.

Dari hasil wawancara dengan bagian Recruiter, sebagaian besar lulusan S1 Fresh Graduate menempati posisi staf (69%). Selebihnya ditempatkan di posisi klerikal (19%), dab management trainee (8%). Sementara itu, lulusan S1 fresh graduate yang memenuhi kualifikasi tinggi bisa langsung menempati posisi Team Leader/ Supervisor (4%).

Setelah bekerja selama 2 tahun, lulusan S1 yang sebelumnya hanya menempati posisi klerikal sebagian besar beralih ke posisi staf. Sedangkan, mereka yang tadinya berada di posisi staf banyak juga yang karirnya meningkat menjadi Team Leader/Supervisor. Namun demikian, jumlah stad yang naik ke posis team leader tidak sebanyak jumlah klerk yang naik ke posisi staf.

Selanjutnya, lulusan S1 yang sudah bekerja selama 2 - 5 tahun mayoritas menempati posisi team leader (44%). Selebihnya ada yang berhasil menduduki Assisten/Junior Manager (24%), middle manajer (7%), dan manajer (5%). Posisi manajer paling mungkin diraih oleh lulusan S1 setelah berpengalaman kerja selama lebih dari 5 tahun (41%).

Laju peningkatan karir di setiap level pekerjaan tidak berlangsung secara proporsional. Level posisi yang lebi tinggi terlihat sulit naik dibandingkan posisi yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena struktur organisasi perusahaan berbentuk seperti tingkatan piramida, dimana setiap ruang di level yang lebih tinggi memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan ruang yang berada dibawahnya. Dengan kata lain, semakin tinggi sebuah jabatan semakin besar pula usaha untuk meraihnya.

Lulusan PTN VS PTS dan PTLN VS PTDN

Survei ini juga menggali pendapat responden terhadap kualitas lulusan berdasarkan status perguruan tinggi. Kepada mereka diberikan dua pernyataan : (1) Kualitas lulusan perguruan tinggi negeri S1 lebih baik dibandingkan perguruan tinggi S1 swasta, (2) Kualitas lulusan perguruan tinggi S1 luar negeri lebih baik dibandingkan lulusan S1 dalam negeri. Kemudian responden diminta untuk menjawab apakah setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Hasil survei menujukkan sebanyak 57% responden menyatakan setuju bahwa kualias lulusan perguruan tinggi S1 negeri lebih baik dibandingkan swasta. Sisanya, 43% menyatakan tidak setuju. Hal ini relevan dengan paparan sebelumnya yang menjelaskan meskipun urutan lulusan terbaik didominasi oleh lulusan PTN , namun ternyata ada lulusan yang berasal dari PTS yang kualitasnya mampu mengungguli lulusan PTN.

Sementara itu, mayoritas responden (63%) menyatakan tidak setuju jika lulusan perguruan tinggi S1 luar negeri dikatakan lebih baik dari lulusan dalam negeri.

Penutup

Besarnya jumlah lulusan perguruan tinggi S1 yang menganggur telah menujukkan bahwa saat ini gelar sarjana bukanlah sebuah jaminan bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Sementara itu, lapangan pekerjaan yang sempit menyebabkan tingkatan persaingan di dalam dunia kerja menjadi semakin ketat, dan pihak perusahaan hanya bersedia merekrut lulusan-lulusan handal.

Pada dasarnya kunci dari sebuah kesuksesan adalah kemauan keras dan motivasi yang kuat untuk meraihnya. Oleh karena itu, para mahasiswa dan calon mahasiswa perguruan tinggi hendaknya memiliki untuk terus mengasah kemampuannya serta mengambil langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan diri menjadi pribadi yang unggul dan memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.

Bagi calon mahasiswa, persiapan yang dilakukan sebaiknya dimulai dari memilih jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Bagian ini sangat menentukan keberhasilan selama menjalani pendidikan di bangku kuliah. Jika salah mengambil jurusan, biasanya mahasiswa tidak lagi memiliki motivasi dan pada akhirnya mendapatkan hasil akademik yang mengecewakan. Oleh karena itu, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari, calon mahasiswa sebaiknya mengenali lebih dekat bakat dan minatnya masing-masing sebelum memilih jurusan yang hendak dimasuki. Sementara itu daftar urutan lulusan perguruan tinggi terbaik serta persepsi dunia kerja terhadap kualitas lulusan dari temuan survei ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukkan perguruan tinggi yang akan dipilih.

Sementara itu, para mahasiswa harus mampu memanfaatkan keadaannya di kampus dengan sebaik-baiknya. Selain menekuni kegiatan perkuliahan, para mahasiswa perlu ikut melibatkan diri ke dalam aktivitas-aktivitas non akademis seperti berorganisasi, mengikuti perkembangan informasi, mengembangkan networking serta mengasah kemampuah teknis seperti kemampuan berbahasa Inggris dan aplikasi komputer. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara prestasi akademik dan prestasi non akademik.

Demikian pemaparan hasil survei ini, semoga dapat membarikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca.

Sumber : Panduan Memilih Perguruan Tinggi 2007, Copyright � Pusat Data dan Analisa Tempo