Kamis, 31 Juli 2008

JAGAL dari JOmbang

Ryan Mau Nikahi Janda Kaya


Jumat, 1 Agustus 2008 | 09:26 WIB

JAKARTA, JUMAT - Korban Ryan terus bertambah. Selain 11 korban yang sudah ditemukan menjadi mayat muncul korban Ryan yang lain, yakni SD, seorang janda kaya. SD merasa beruntung karena masih hidup meski hartanya diporotin Ryan.

Janda kaya yang tinggal di Jakarta ini mengaku tertipu oleh Veri Idham Henyansyah alias Ryan (30). Ryan memoroti janda itu ketika mereka berpacaran.

Sang janda, yang anak pengusaha yang sering bolak-balik Indonesia-Jerman, termakan rayuan maut Ryan. Mereka bahkan telah membicarakan rencana pernikahan.

Saat itu Ryan berjanji untuk melamar manakala keluarga SD pulang dari Jerman. Ryan juga menjanjikan mengajak SD ke Jombang, Jawa Timur, untuk dipertemukan dengan orangtuanya. "Untungnya saya belum sempat ke Jombang. Kalau sudah ke sana, nasib saya mungkin sama dengan korban-korban lain," ujar SD seperti ditirukan seorang petugas Polda Metro Jaya, Kamis (31/7).

Atas serangkaian pembunuhan yang dilakukannya, Ryan mengakui bahwa ia selalu lebih dulu mengeluarkan uang untuk mendekati orang-orang yang pada kemudian hari menjadi korban pembunuhannya. Setelah hubungan mereka dekat, orang tersebut dibunuh dan hartanya disikat.

Pada rekonstruksi, kemarin (Kamis), Ryan juga mengaku bahwa 10 korbannya dihabisi di dekat dapur rumahnya di Desa Jatiwates, Tembelang, Jombang, Jawa Timur.

Kepala Desa Jatiwates Makhmud yang mengikuti rekonstruksi mengatakan, hampir seluruh korban dihabisi di depan pintu dapur. "Rata-rata dibunuh di situ," katanya.

Sementara itu, menurut petugas, SD mengaku kaget saat tahu Ryan adalah pelaku mutilasi Heri Santoso. Ia juga kaget ketika tahu ternyata pacarnya adalah seorang gay. "Gila! Gila..., saya ini kok enggak teliti," ujar SD.

Selama pacaran dengan Ryan, SD kerap membantu keuangan Ryan. Jumlah uang yang diserahkan kepada Ryan mencapai Rp 13 juta. "Uang itu diberikan secara tunai dan lewat transfer bank," ujar petugas.

Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Carlo Brix Tewu mengatakan, semua informasi yang disampaikan warga ke Polda Metro Jaya, termasuk keterangan SD, akan ditindaklanjuti dengan meminta keterangan dari pelapor.

Mesra

Kemampuan Ryan dalam memengaruhi ataupun merayu orang terlihat dari pesan singkat yang dikirim ke ponsel Antonius Setiawan alias Wawan, salah satu korban yang dihabisi di Jombang oleh Ryan. "Saya membaca SMS dari Ryan itu jadi terhanyut. Kalimatnya puitis. Pokoknya isi SMS-nya sangat indah seperti puisi orang yang sedang kasmaran," ujar Fitri Sumayah (28), sahabat Wawan.

Sementara itu, dokter kejiwaan RS Bhayangkara, Surabaya, AKBP dr Roni Subagyo menganalisis, Ryan menghabisi para korbannya dengan penuh kesadaran. Perilaku kriminal Ryan banyak dipengaruhi masa kecilnya yang kurang mendapat perhatian dari Ny Siyatun, ibunya, yang beberapa kali gagal dalam berumah tangga.

Roni yang telah melakukan tes kejiwaan terhadap Ryan mengatakan, ada tiga hal yang menggambarkan kejiwaan Ryan. Hal pertama, tidak ada tanda-tanda Ryan mengalami gangguan jiwa berat. "Artinya, daya nilai realitas yang bersangkutan baik atau normal," katanya di Mapolda Jatim, Kamis siang.

Kesimpulan kedua adalah dalam orientasi seksual, Ryan lebih suka terhadap sesama jenis (homoseksual), sedangkan yang ketiga adalah Ryan sangat sensitif, mudah tersinggung, dan mudah marah. Dalam melampiaskan kemarahannya, ujarnya, Ryan selalu bertindak impulsif dan agresif. "Misalnya melempar, membanting, merusak, atau memukul," katanya.

Sifat serupa juga didapati pada Ny Siyatun. "Ibunya juga mempunyai sifat yang mirip dengan Ryan. Ia juga orang yang sensitif, mudah tersinggung, dan mudah marah. Namun, secara umum (kejiwaannya) normal," kata Roni.

Linggis

Sementara itu, selain menggelar rekonstruksi di rumah Ryan, kemarin polisi juga kembali melakukan penggalian untuk memastikan ada atau tidaknya korban lain. Lokasi yang digali adalah beberapa titik di pekarangan dan di kamar Ryan. Namun, hingga selesai penggalian, tidak ditemukan mayat seperti yang diduga selama ini.

Kepala Desa Jatiwates Makhmud yang mengikuti rekonstruksi mengatakan, Ryan antara lain memeragakan caranya menghabisi para korban. Korban Ryan rata-rata dihabisi dengan cara dipukul dengan linggis pada tengkuknya. "Mula-mula korban diajak duduk-duduk di tangga di depan halaman. Begitu lengah, korban dihantam tengkuknya sampai meninggal lalu diseret ke lubang," katanya.

Ryan juga memeragakan cara menghabisi Nanik Hidayati dan anaknya, Silvia Ramadani. Menurut Makhmud, ibu dan anaknya itu juga dihabisi dengan dihantam linggis.

Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Kasyanto mengaku, polisi masih terus menyidik kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan dan tidak berhenti pada rekonstruksi tersebut. "Pengakuan Ryan berubah-ubah, jadi tidak bisa dipercaya begitu saja. Polisi terus melakukan penyidikan," katanya. (Surya)

sumber: http://www.kompas.com

Sabtu, 26 Juli 2008

sejarah HMI

Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. HMI-MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI XVI yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. Eksponen organisasi ini lebih senang menamakan dirinya sebagai HMI 1947, mengacu pada tahun pendirian organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia yang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya .

HMI MPO Dan Gerakan Reformasi 1998

Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia.

Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB (pengurus besar) HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI (Jl. Diponegoro 16, Jakarta). Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif.

Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal (HMI-DIPO) dan HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritisi kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ.

Struktur organisasi

Struktur organisasi HMI-MPO dibagi dalam beberapa golongan yakni :

  • Struktur kekuasaan,
  • Struktur pimpinan,
  • Lembaga-lembaga Khusus,
  • Lembaga Kekaryaan, serta
  • Majelis Syuro Organisasi (MSO).

Struktur kekuasaan tertinggi di HMI MPO adalah forum Kongres, selanjutnya ditingkat Cabang ada Konperensi Cabang (Konperca) serta Rapat Anggota Komisariat (RAK). Sedangkan struktur pimpinan terdiri atas Pengurus Besar (PB), Pengurus Cabang (PC), serta Pengurus Komisariat (PK).

Untuk memperlancar serta mempermudah manajemen organisasi maka dibentuklah Koordinator Komisariat (KORKOM) sebagai pembantu cabang dalam mengkoordinir komisariat, serta Badan Koordinasi (BADKO) sebagai pembantu Pengurus Besar dalam mengkoordinir cabang. HMI (MPO) hingga saat ini (Oktober 2003) telah memiliki 38 cabang yang tersebar diseluruh penjuru Tanah Air dan untuk itu dibentuk 3 Badan Koordinasi (Badko) yakni: Btra]],Banten,DKI,Jabar), Badko Indonesia Bagian Tengah (Kalimantan,Jateng,DIY,Jatim,Bali) dan Badko Indonesia Bagian Timur (Sulawesi,Maluku,NTB,NTT,Papua).

Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang terkait dengan bidang khusus, maka dibentuk Lembaga-lembaga Khusus seperti Korps Pengader Cabang (KPC), Korps HMI-Wati (KOHATI), dan lain-lain. Sedangkan untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme para anggota HMI, dibentuk Lembaga-lembaga Kekaryaan seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI), dan sebagainya.