Selasa, 27 Januari 2009

Golkar Yakin SBY-Kalla Layak Maju Pilpres 2009

JAKARTA – Kader-kader Golkar, tampaknya, yakin bahwa duet SBY-Kalla masih diminati rakyat. Buktinya, sejumlah tokoh beringin mewacanakan untuk tetap mengusung pasangan “Bersama Kita Bisa” itu dalam Pilpres 2009. Setelah anggota Dewan Penasihat Partai Golkar Muladi menyatakan dukungan terhadap duet SBY-Kalla, kemarin (9/2) giliran Wakil Ketua Dewan Penasihat Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Zainal Bintang mengungkapkan dukungan serupa.

“Sampai sekarang saya belum melihat figur alternatif yang memiliki leadership seperti SBY,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta. SBY dinilai mempunyai karisma yang disegani kawan dan lawan politiknya. Karena itu, keduanya patut diberi kesempatan satu periode lagi untuk menunjukkan komitmennya memajukan bangsa.

Pernyataan Zainal Bintang tersebut merespons klaim Muladi bahwa DPP Partai Golkar hampir pasti akan kembali mengusung SBY-Kalla sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2009. Hal itu dikatakan dalam forum silaturahmi Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla dengan fungsionaris DPD Partai Golkar Kepulauan Riau di Batam Kamis (7/2) malam. Meski kemudian dibantah sejumlah pengurus DPP Partai Golkar, Muladi tetap tidak mencabut pernyataannya. Dia menegaskan, dukungan terhadap SBY-Kalla tidak terkait langsung dengan perolehan suara Golkar dalam pemilihan legislatif 2009. “Coba tanyakan ke semua tokoh Golkar, pasti mereka mendukung SBY-Kalla tahun depan (2009, Red),” tegasnya.

Terkait dengan hasil survei sejumlah lembaga penelitian yang menunjukkan bahwa tren popularitas SBY-JK semakin turun, Muladi berpendapat hal itu akan terus menjadi evaluasi internal partai beringin. Bahkan, sebagai bentuk pelaksanaan amanat Munas Golkar tahun lalu, pihaknya akan melakukan survei sendiri untuk meyakinkan pilihan mengajukan SBY-Kalla. “Kalla itu orangnya logis, beliau tidak mungkin memaksa maju sebagai calon presiden kalau hasil surveinya jeblok,” tandasnya.

Sisa waktu satu setengah tahun ke depan memang dirasa kurang untuk menuntaskan semua program pengentasan kemiskinan. Karena itu, Zainal Bintang merasa yakin bahwa dalam periode kepemimpinan yang kedua, pasangan SBY-Kalla bisa memaksimalkan perannya. “Keduanya bisa maksimal tancap gas pada periode kedua,” tukasnya.

Dari survei yang dilansir Lembaga Survei Indonesia (LSI) 5 Februari 2008 terungkap bahwa SBY sebagai incumbent masih cukup kuat, meski tren popularitasnya menurun.

Pada Oktober 2006, masyarakat yang memilihnya mencapai 47 persen. Setahun kemudian anjlok menjadi 33 persen dan Januari 2008 menjadi 34 persen. (cak/oni)

11/02/2008

Sumber: http://www.lsi.or.id/liputan/334/golkar-yakin-sby-kalla-layak-maju-pilpres-2009

Sajak


Numerik
000009
Satu

Bak suatu samudra
Tak pernah ia pamrih memberikan kesejukan wajah nusantara
Bak tak pernah lelah
Dia memberikan suatu hal yang sangat berarti
Tanpa-nya aku tidak tahu prahara akhir dunia ini
Air di samudra bak cermin diri sang angkuh
Air di samudra bak cermin yang memantulkan segala pengaruh negatif pada suatu singgasana terang di sana
Tak pernah engkau fikirkan
Bahwasanya tak pernah seorang peduli pada mereka
Tak pernah engkau rasakan
Rasa kepahitan yang senantiasa terus menerus merengkuh
kebahagian mereka….


Dua

Ada suatu gelas yang dentingnya memeah cakrawala
Bagai terbelah serpihannya menabur hasrat para insan di muka
There is something that ever I seen…
There is something…
Sayang begitu sayang
Denting itu lekas menghilang…
Bak tak pernah diketahui kemana mereka akan beradu
Tak pernah tahu aku membayangkan itu di benakku
Namun…,
Semua arah akan ada lawan
Semua sinarnya tak penah ia tak pantulkan
Semua akhirnya akan mencapai suatu kebenaran
Semua akhirnya akan mencapai suatu hakekatnya
Kematian…, dan akhir sejarah itu pasti…

Tiga

Lalu kemanakah kaki ini akan melangkah?
Di mana angin berhembus?
Di mana air mengalir?
Atau..,
Di mana tanah ini mencapai tujuannya?
Tidak…!
Akau tidak akan mencapai apalagi menggapainnya
Aku adalah pribadi lepas
Lepas dari tali yang menjerat zaman ini
Tak pernah dan tidak mungkin
Namun,
Jika,
Akankah?... Semua itu pastilah adalah kejutan
Semua pastilah adalah suatu kebenaran
Jika kau merenungi, itulah suatu kepastian


Empat

Jerat amarah tak henti membakar jiwaku
Jeratan itu lebih erat dari sebelumnya
Waktu mereka melihat, apakah kepedulian itu ada?
Ya,
Suatu pengabdian,
Namun, apakah ini takdir seoang insane pribadi-Mu?
Selalu terjerat untuk melakukan hal itu…
Tujuan…,
Apakah itu ada?
Bagiku hanyalah abu-abu yang selalu terjaga
Walau…,
Tangan ini berusaha untuk menhitamkannya…
Putih? Tidakkah engkau melihat kenstaannya?
Rela menodai dan dinodai, tak punya prinsip!!!


Lima

Saat putih itu terpuji…,
Dialah sebenarnya hak terangkuh kini
Tak pernah ia fikirkan jika memang mau,
Namun, apakah putih selalu suci
Adilkah kita, saat kehitaman kita anggap nista?
Hanyalah orang bimbang dan munafik mengutamakannya
Hanyalah tutur kata kata mereka-mereka yang ia-ia
Dendang…, dan dengarkan…,
Tak penah peduli…
Falsafah putih itu…
Putih yang tiada berujung, bak…
Kebimbangan yang tak berbatas
Tamat…

tsanny '07

Sport

Sportivitas Harga Mati

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Sebagi salah satu tim sepak bola yang amat bersinar di negerinya inggris maupun di daratan eropa, menjadi tim impian para penggila bola di daratan sana seperti menjadi takdir sang maestro tim sepak bola ini. Ya, Manchester United yang akrab dengan singkatan namanya yaitu MU. Menjadi akrab di telinga penikmat aksi pawang bola bundar di lapangan hijau.

Kemegahannya ternyata tidak hanya meajai di daratan diman klub megah ini dilahirkan. Keperkasaanya di lapangan hijau dengan segala hiasan prestasi pun tidak lagi menjadi rahsia masyarakat. Sudah banyak berbagai negara untuk berlomba-lomba untuk menelurkan pemain-pemain yang layak bermain di tengah pemain-pemain berkelas di MU sebagai tolak ukur kesuksesan pemarintahnya dalam membina cabang olahraga yang telah menjadi olahraga di dekade ini.

Ternyata berita tersebut tidak hanya berhenti di daratan kulit putih. Namun, dengan alsan longgarnya informasi yang semakin pesat ternyata kabar emas tersebut telah sampai di telinga para pengelola maupun pemain di dunia perspakbolaan di negeri ini. Menjadi impian tersendiri, bagai mimpi di siang bolong, persinggahan pesepakbola nasional di team yang berjuluk Red Devil ini.

Merupakan tantangan sekaligus kesempatan bagi negeri ini saat team berah ini berkeputusan untuk mencantumkan Indonesia sebagai salah satu angenda tur di negara asia bagi peningkatan kualitas pemain sekaligus menyapa penggemarnya. Menjadi kebangaan tersindiri ditengah krisis glbal yang sedang melanda negeri ini, angin sejuk datang dari persepakbolaan negeri ini saat kita menjadi miskin prestasi di segala bidang.

Kondisi ini sentak menyentik dengan keadaan persepakbolaan yang kian amburadul. Menjadi momen yang baik pula saat kita bersedia untuk memberikan kesempatan bagi para praktisi bidang olah raga ini unuk segera memebenahi diri dalam mengelola persepakbolaan negeri ini.

Kerusuhan supporter yang identik dengan bebagai penuelenggaraan perhelatan sepak bola menjadi masalah yang amat pelik yang tidak kunjung terselesaikan. Ditambah lagi dengan manajemen olahraga di negeri yang kian carut marut dari masa kemasa.

Sportivitas

Sebagai negeri yang notabene merupakan negeri yang banyak mendapatkan terpaan masalah dari berbagai segi permasalahan yang kian banyak menerpa negeri ini. Tidak seharusnya kita dapati hanya berpangku tangan tanpa adanya tindakannya dari segala pemasalahan yang ada.

Begitu pula dengan permasalahan negara ini dibidang olah raga yang mendapat gempuran yang tidak sedikit dari berbagai pihak. Kian terpuruknya dunia olah raga di negeri ini tidak saja di sebabkan oleh oknum-oknum di dalam organisasi olahraga namun tanggapan dari masyarakat baik yang mendukung, atau tidak, mulai dai tindakan apatis sampai dengan anarkis.

Tentunya kita tidak tega menunjukan wajah aib keolahragaan kita dimata negeri lain yang notabene merupakan salah bopeng dari wajah negri ini. Sebagai rasa tanggung jawab kita sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab bagi para masayarakat yang harus dibayar atas kesedian Red Devil untuk bersedia di tanah pertiwi ini.

Sportivitas harga mati! Adalah harga itu. Mengerti akan kekalahan dan mengerti akan pengalaman dan pelajaran yang diperoleh baik dari kebaikan maupaun keburukan yang diperoleh. Lebih menghargai penalan dibandingkan penghargaan.

)* Mahasiswa Administasi Publik angkatan 2007 FISIP-Undip

Jumat, 16 Januari 2009

Kampanye

Kampanye Pengabdian Kerakyatan dalam Pembaharuan Demokrasi

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*


Kini terdapat suatu era baru yang dicanangkan dan dilakasanakan oleh para politikus kita. Di saat percikan tuntutan mengani kegiatan penyeleksian siapakah nanti yang akan lolos sebagai keluarga besar dewan legislatif negeri besar ini. Sebagian ada yang menanggapi miring dan sisnis serta pesimis atas keputusan para pejuang suara rakyat ini namun ada yang memanndang ini sebagai salah satu proses pembelajaran demokratisasi aspek kehidupan di negeri ini.

Seakan tidak pandai menghiraukan pasal atau peraturan sebelumnya yang berniat mengatur pelaksanaan pemilihan wakil rakyat ternyata bukan menjadi kenda bagi dewan keadilan pembuat peraturan MK untuk mengasahkan sistem tersebut sebagai dasar mereka para politikus untuk melaksanakan fungsinya. Hal ini berarti bahwa tidak adalagi penghargaan proses atau mekanisme dalam partai. Yang memang adalah suatu imbas keputusasaaan para partai politik yang telah kurang mendapatkan simpati rakyat dikarekan adanya disfungsi dari partai politik itu sendiri.

Menjadi kontroversial juga ketika ketidakikutsertaan KPU sebagai lembaga pelaksanaan pemilihan umum di negeri ini dalam mengadaakan sistem suara terbayak tersebut. Sangat ironis ketika tidak terdapat komunikasi yang rapih antara elemen di panggung pemerintahan yang semestinya terjadi intreaksi yang serasi.

Terlepas dari semua kontroversial, dan aggapan miring maupun sebaliknya mengenai kebijakan ini, telah menjadihal yang telah suslit diubah dengan deadline pemilu yang semakin dekat ini. Telah diketoknya palu oleh MK berkenaan dengan peraturan pelaksanaan pemilu 2009, UU No.10 tahun 2008 menjadi alat tentunya bagi para pemain catur kekuasaan ini untuk terus berinovasi untuk terus menarik simpati rakyat untuk akhirnya tertarik untuk memilih mereka.

Namun yang menjadi pertanyaan manakah yang sebenarnya menjadi masalah berkenaan dengan momen ini? Mengapa selaku elemen catur politik ini harus terus memberikan perhatian penuh pada kejadian yang dan terjadi di waktu mendatang berkenaan dengan dikeluarkannya peraturan ini? Ini hanya salah satu pendewasaan para poitikus kita untuk tidak terus terpancang pada sistem perkoar-koaran mereka pada saat pemilu-pemilu sebelumnya. Ini berkait pada sistem sosialisasi yang perlu reparsi khusus yang harus dilaksanakan para pejuang politik kita.

Menjadi momok sendiri pula bagai para politisi yang terlanjur lama mengabdi di salah satu rumah politik mereka, namun kebijakan tersebut tidak memihak ketika banyak orang popular yang ikut menyaingi mereka sehingga nama mereka menjadi seakan tergilas oleh rival-rival mereka yang notabene merupakan amatiran dalam dunia politik, namun mereka memiliki popularitas.

Penentuan peraturan ini juga berarti kekurangan keberpihakan kebijaan pemerintah para caleg berurutan nomor kecil ini. Namun, yang harus dilakukan dan dimengerti adalah tentang indikasi akan terjadinya perubahan maneuver-manuver politik yang pesaing-pesaing, dimana mereka lancarkan diabandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya untuk lebih serius dalam menjaring suara publik.

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi apabila kita sebagai pelaku politik, suara dukungan massa sangatlah berarti bagi kita. Tidak lagi menjadi rahasia publik saat ini pula apabila hari-hari sang pelaku politik tidak lepas dari aksi pengalangan suara untuk mengusungnya kepada singgasana yang meraka inginkan.

Bukan hal yang negatif pula apabila kita sebagai pemain dalam permainan politik negari ini melakukan tersebut. Karena hanya penncapaian kesejahteraan dan masa depan yang cerah yang akhirnya menjadi tujuan yang paling akhir dari semua perjuangan ini. Bukan hal yang bijak pula apabila kita apatis dari semua perhatian atas perilaku mereka.

Yang menjadi masalah adalah bagaimanakah apa sikap seharusnya dilakukan sebagai penjaring suara untuk para pengejar kekuasaan. Sebagai salah satu biaya mahal yang harus diabayar oleh para politikus kita adalah inovasi sistem kampanye. Bukan hal yang sulit apabila kita tidak selalu menjadi orang yang tidak pernah untuk mencoba meremukan sesuatu hal yang baru.

Ketakutan Temporal

Sayangnya, yang menjadi imbas dari peraturan ini adalah keputusasaan sebagai politikus yang tidak pernah memperoleh dukungan dari rakyatnya sendiri. Keputusasaan tersirat pada tuntutan para politikus yang berkeinginan untuk menduduki kursi legislatif dan ikut bersaing dengan para kandidat lain yang notabene kurang memiliki kompetensi dalam bidang politik kerakyatan yang namun mereka cukup populer, untuk dipertimbangkannya lagi keputusan MK tersebut.

Ketakutan tersebut bukan hal yang aneh ketika sebuah peraturan yang amat kontroversial ini dikeluarkan di waktu yang amat mepet dengan pergantian imperium kekuasaaan. Namun, ketakutan tersebut seharusnya disikapi dengan dewasa oleh para politikus kawakan kita. Bagaimanapun mereka, dilihat dari pengabdiannya kepada partai politik telah menjadi sesuatu yang layak apabila parpol menyediakan keleluasaannya dalam pertarungan di kancah calon wakil rakyat tersebut.

Menjadi kontraprestasi semestinya dari parpol untuk para kader kawakan mereka untuk mencicipi kursi wakil rakyat di senayan yang amat di perebutkan itu. Janji manis memang yang kadang menjadi ketakutan rakyat akan terulangnya kebobrokan pemerintah masa lalu merihat citra para politkus yang amat buruk di mata masyarakat.

Politikus instan yang bertebaran di setiap kolom berbagai macam partai politik sebenarnya hanyalah euforia jenis baru dalam menaggapi suhu politik nusantara yang kian memanas. Termasuk pembelajaran bagi bangsa pula ketika kita selaku rakyat sekaligus ladang suara pemilu untuk melihat perbedaan di setiap calon. Minimal, sebagai golongan yang berani terjun langsung di pertarungan perpolitikan negeri ini, menjadi pembelajaran tentunya kepada mereka sebagai amatiran dalam kancah perpolitikan.

Ternyata permasalahan tidak berhenti pada satu titik itu saja. Di sisi lain ketakutan ini bukan berarti tidak beralasan ketika alasan tersebut beralih pada jadinya para calon wakil rakyat yang kurang memiliki kompetensi di bidangnya, dan menjadikan lahan yang nantinya mereka peroleh sebagai lahan belajar dan lahan pengerukan rupiah. Menjadi logisnya prediksi tersebut, bila kita melihat dihiasinya massa pemilih pemilihan umum yang notabene meruapakan massa mengambang dan tidak pernah berinteraksi langsung dengan partai kecuali apabila pemilu tiba.

Namun, alih-alih dalih tersebut dapat menjadi alat para politikus kawakan untuk terus memberikan kehawatiran di tengah masyarakat, padahal tidak semua para kawakan politik tersebut menggunakan kompetensinya pada nilai yang lebih positif. Perlu dikritisisasi pula oleh parpol sehubungan penurunan kepercayaan rakyat pada parpol sebagai penyalur aspirasi kerakyatan. Serta perlu pengambilan sikap yang serius pada manuver-manuver politik mereka dan bagaimanakah sikap mereka pada rakyat yang tidak lagi percaya pada meeka sebagai tenaga ahli.

Kampanye Pengabdian

Kini, masyarakat telah jenuh melihat permasalahan negara yang tidak kunjung habis walaupun dipengang oleh para ahli. Ini menjadi dasar mereka para pemilih untuk tidak memilih para ahli pada pemilu. Perlu ada keseriusan mereka para pemain politik yang telah lama merasakan manis getirnya kancah perpolitikan negara ini, untuk menunjukan ketulusan mereka untuk menjalankan fungsi mereka saat mereka terpelih nanti. Tidak lagi meliahat kursi kekuasaan sebagai ladang rupiah tanpa menghargai tuntutan yang dibebankan kepada mereka sebagai orang terpilih.

Pengabdian kerakyatan sebagai manuver mereka para calon wakil rakyat adalah dipandang menjadi mesin politik yang efektif saat ini. Hal ini dikarenakan rakyat telah bosan dengan orasi politik para bakal calon wakil rakyat namun tidak ada langkah nyata untuk mewujudkan hal tersebut.

Pengabdian masyarakat yang lebih ditekankan dalam setiap strategi politik dapat menjadi alternatif para bakal calon untuk menampilkan keseriusan pencalonan mereka. Upaya pendekatan kerakyatan pula yang lebih membekas di tengah masyarakat. Karena rakyat kita telah haus para pemimpin atau wakil rakyat negara yang menghargai mereka lebih dari sebagai obyek kekuasaan mereka namun lebih sebagai mitra kerja.

Perlu adanya transformasi teknik kampanye yang lebih mendekatkan bakal calon dengan rakyat dengan beragam aspek pelayanan kerakyatan seperti kesehatan, ekonomi, maupun sosialisasi. Terdapat banyak lahan bagai mereka para bakal untuk lebih melihat lebih dekat mengenai penderitaan rakyat untuk pertimabangan mereka dalam menentukan kebijakan di masa saat mereka memperoleh kepercayaan rakyat.

Bukan hal yang sangat muluk-muluk karena selalu ada waktu untuk dekat dengan rakyat apabila terdapat kesungguhan para bakal calon wakil rakyat dalam pencalonan mereka sebagai pengayom mereka. Tidak berupa janji saja yang dilontarkan, tanpa ada langkah pasti. Karena melihat kritisnya keadaan rakyat, bukan hal yang bijak pula ketika kita menekankan hanya pada pemaksaaan pemilih untuk memilih calon janya dengan barang pelicin yang yang sering kita sebut dengan uang.

)* Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Publik Angkatan 2007 FISIP-Undip

Anggota Administrator Muda Indonesia

Budaya

Belajarlah Dari Kepahitan Maja!

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Bhineka tunggal ika, ijo royo-royo gemah ripah loh jinawi, hanyalah beberapa julukan yang dapat mendeskripsikan sebagian keajaiban negeri ini sebagai negeri yang amat disegani oleh bangsa lain. Bahkan pesona negeri ini telah meramabah ke negeri tetangga sehingga terjadi benturan kebudayaan karena klaim sepihak yang pernah kita rasakan begitu sakit saat itu.

Sebagai negeri yang amat besar, Indonesia lengkap dengan segala keanekargam kebudayaannya tidak dapat dipungkiri telah banyak menyedot para seniman dan budayawan negara lain untuk mempelajarinya dan menyebarkannya di negeri mereka masing masing. Begitu besarnya penghargaan negeri asing dengan kebudayaan kita. Tidak hanya fisikal namun beruapa tidak laku yang tersiarat dalam geraka tarian, keindahan ukiran hingga megahnya peradaban nenek moyang.

Sayangnya kita sebagai bangsa tidak pernah menyadari adanya keindahan yang begitu luhur dan begitu tinggi tersebut. Sering kita silau dengan peredaban negeri lain padahal belum tentu budaya yang kita lihat dan kita lakukan itu baik bagi bangsa ini. Hal ini amatlah normal di era globalisasi saat ini dimana negara manapun praktis tidak memiliki batas dalam hal informasi dan sosialisasi. Ironisnya, akibat yang kini sedang terjadi di Indonesia saat ini adalah keacuhan pada kebanyakan generasi muda pada kebudayaan bangsa ini.

Kita tentunya lebih bangga saat kita menggenakan pakaian trendy yang sering kita genakan dibandingkan dengan kita menggenakan batik. Kita lebih tertarik menonton humor modern di teve dari pada kesenian rakyat seperti ludruk sebagai pengganti tontonan tersebut. Tidak hanya terdapat pada perilaku pasif namun, tindakan pelecehan dan ketidakpedulian bangsa ini tergambar jelas pada perilaku kita sebagai bangsa yang terkenal dengan budi pekerti yang luhur.

Jika hal tersebut terus berlangsug, sudah menjadi kepastian yaitu hilangnya nilai keluhuran budaya bangsa ini dan tidak dapat kita lama nikamati. Hal ini dikarenakan kemandulan regenerasi pelestarian budaya negeri ini. Jangan berharap banyak perbaikan martabat negeri ini di masa yang akan datang apabila dari saat ini kita belum bisa menghargai bangsa sendiri.

Pengrusakan situs budaya di ibu kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Jawa Timur hanyalah segelintir masalah kita dengan budaya kita sendiri. Menjadi gambaran tersendiri bagi bangsa ini tentang betapa kita begitu jauh dengan budaya kita sendiri, yang notabene merupakan warisan kita sebagai bangsa yang amatlah berharga, dalam perjalanan bangsa ini dari masa ke masa. Karena kebudayaan adalah sisi keleganan bangsa yang tidak saja akan menjadi pesona keindahan, namaun kearifan dan ketulusan sebagai bangsa yang tercermin saat kita berinteraksi dengan bangsa lain, cukup menjadi alasan kita untuk turut melestarikannya.

Kali ini ternyata kita sebagai bangsa yang ingin dihargai berbuat ulah lagi dengan menurunkan harga diri bangsa ini yang amat pahit tentunya. Artefak yang notabene tak ada nilai yang pantas untuk menghargai kemegahan peradaban yang telah dicipatakan para komunitas Majapahit. Tidak dapat ditampik bahwa telah banyak pula keringat, baik dana maupaun pikiran yang dikucurkan untuk mengungkap kemegahan sang maestro kerajaan jawa kuno ini.

Terlalu naif, ketika bangsa ini hanya menyalahakan ketidakbecusan selama ini, pada arkeolog dan sejarahwan negeri ini. Namun, selebihnyakita mendapatkan ruang dalam mengintrepretasikan pengabdian kepada negeri. Tinggal kita menungggu apa yang akan dilakuakan dengan kejahatan bangsa berupa pengrusakan yanag amatlah jelas ada di depan pelupuk mata. Keprihatina kah, kepedulian kah atau langkah pasti kah yanag akan bangsa ini tempuh.

Sebagai salah satu negeri yang bermartabat ini, kebudayaan adalah satu-satu jalan bagai kiata untuk emeperkenalkan jati diri bangsa ini kepada masyarkat di belahan bumi yang lain. Merraka secara tidak sadar memberikan perhatian penuh terhadap segala bentuk eksplorasi yang mengungkapkan betapa megahnya negara kita tercinta.

Hal tersebut dapat tersirat pada pengiriman arkeolog negeri seberang yang hanya memiliki niat untuk meliahat kemegahan negeri ini. Para arkeolog asing berani mengorbankan tenaga waktu dan dananya hanya untuk melihak keelokan negeri ini. Irinosnya kita tidak pernah menyadari hal tersebut. Keindahan rumput tetangga hanya satu-satunya daya tarik bangsa ini dalam mengekspresikan diri sebagai budaya modern dan masa kini.

Keputusasaan

Padahal banyak hal yang belum terungkap tentang betapa kita memiliki keluhuran nilai di setiap goresan budaya bangsa. Sering kita tidak menyadari hal tersebut dan hanya memeras perhatian kita pada eksplorasi kebudayaan bangsa lain yang dianggap lebih megah dan lebih prestise.

Keputusasaan sebagai bangsa yang berbudaya amatlah jelas tersirat dalam segala tindak laku bangsa ini. Eksplorasi yang kadang menguras segala daya yang ada di negeri ini dan berlangsung amat lama tidak kunjung dapat memberikan kita pacuan untuk mengungkap hal yang masih tersembunyi itu, tapi lebih memilih mengambil langkah seribu dari benang kusut kebudayaan bangsa yang belum terurai. Langkah benar-benar sangat menggambarkan sebuah keputusasaan sebagai bangsa.

Keputusan pahit ini terbuka saat kita melihat begitu sadisnya kiata sebagai bangsa melihat pengrusakan peninggalan salah satu kerajaan jawa terbesar, dengan membiarkannya begitu saja. Dengan sampul yang manis pula para orang pintar di negeri ini menutupi borok baru di perjalanan eksplorasi suatu negeri zamrud katulistiwa ini.

Dengan dalih positif berupa pendirian pusat informasi, menjadi tidak amat terpuji ketika mega proyek tersebut direal-kan dengan penindihan situs Kerajaan Majapahit. Yang ada hanyalah sebuah pengancuran kebudayaan negeri yang amat terang-terangan yang praktis tidak mendapatakan perhatian kongkrit dari pada pemerhati cagar budaya kita terutama pemrintah negeri ini.

Telah jelas tersurat dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Benda Cagar Budaya, pasal 9, 28, dan 29 bahwa kecacatan dalam proyek pengrusakan cagar budaya negeri ini amat jelas terlihat. Hanyalah ketidakacuahan yang ternyata diperoleh dari segala jerih payah para pembangun peradaban Majapahit. Dengan tidak mempertimbangkan begitu banyak sumbangsih mereka pada bangsa ini.

Hal yang dapat di petik dari peristiwa ini hanyalah hilangnya suatu harapan bangsa dengan budayanya beserta sejarahnya sendiri dalam membangun bangsa ini supaya lebih bermartabat. Kelamaan dalam eksplorasi cagar budaya ini ternyata tidak lekas membuat kita sebagai bangsa yang sabar dan selalu mengedepankan ke-instannan yang ternyata diadopsi pula dalam hal ini.

Bukan hal yang memang tidak realistis dengan segala pergulatan pencarian kebenaran di suatu eksplorasi perkepanjangan. Namun bukan hal yang bijak pula saat kita tidak dapat memaknai lebih tinggi pada suatu proses. Terutama dalam hal masalah ini ternyata kita kurang menunjukan kedewasaan kita dalam berbangsa.

Memaknai Kegagalan

Hal yang menjadi permaslahan tersendiri yang terjadi di era saat ini adalah ketika bangsa ini kurang dapat memaknai tentang adanya suatu nilai yang tinggi dalam suatu kegagalan. Saat kita mau merenungkan mengenai makna itu bukalah hal yang yang cukup untuk sebuah pemaknaan kegagalan. Adalah ketika bangsa dapat memetik pelajaran dari kegagalan yang pernah dilakukan di masa lampau dan diaplikasikan dalam bentuk tindakan-tindakan nyata yang tentunya dapat berfedah banyak bagi negeri ini

Kegagalan adalah sukses yang tertunda. Adalah kalimat yang perlu kita patrikan pada setiap lubuk hati bangsa ini. Sehingga terdapat segala tindakan yang bersifat pengembangan dari segala tidakan sebelumnya sehingga selalu terjadi perkembangan positif dalam perjalanan di negeri ini. Tidak hanya perubahan yanag diinginkan namun lebih dari itu yaitu semakin dewasanya negeri ini.

Sejarah kita dihiasi tentang berbagai jenis kegagalan masa kememasan suatu kekuasaaan yang tumbang hanya karena kesalahan oknumnya. Jika kita tidak mau berubah pada saat ini tidak akan pernah kita dapat menggoreskan tinta emas di masa yang akan datang.

Tidak dapat dipungkiri apabila kekgagalan adalah suatu pengalaman yang yang amat menyekitkan. Namun, semua penyebab tumbangnya peradaban besar di negeri ini disebabkan karena ketidakterdapatan keahlian dalam mengevaluasi kegagalan yang terjadi di masa lampau, dan memperbaiki segala sistem yang salah di masa kini sehingga kita tidak masuk dua kali pada jurang yang sama. Banyak pula peradaban yang berhasil membangun masyarakat dalam waktu yang sangat lama karena selalu bercermin pada kegagalan masa lalu, namun tumbanag karena kelalaian tersebut.

Tentunya kegagalan yang terjadi di dalam suatu sejarah negeri ini yang sering disebut dengan serentetan sejarah suram negeri ini, berharap untuk tidak lagi terulang di negeri ini di masa sekarang. Karena bukan hal yang terhormat ketika kita sebagai harus tersandung hanya karena kita kurang menghargai pelajaran kegagalan masa lalu

Dengan menjaga sejarah dan budaya luhur bangsa ini tentunya kita dapat mengambil nilai-nilai luhur dan mulai membangun peradaban negeri ini yang lebih kokoh. Bukan dengan keputusasaan, akan tetapi turut serta menjaga dan mencari kebenaran sebenarnya yang tersirat dari suatu guratan budaya negeri ini dan segala pengalaman sejarah yang ada.

)* Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik Angkatan 2007 FISIP-Undip

Anggota Administrator Muda Indonesia


Kamis, 08 Januari 2009

Dunia

Netralisasi dan Perdamaian untuk Palestina dan Dunia

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Bagai kehilangan akal Israel kembali melancarakan serangan kepada bumi Palestina tanpa belas kasihan. Korban-korban tidak berdosa kembali bersatuhan. Mengindikasikan pula pekerjaan baru bagi para peace makers untuk kembali menciptakan ramuan penawar untuk kembali meredam peradangan tersebut.

Tidak tanggung-tanggung pengeboman ditujukan pada satu-satunua akses penyaluran pangan, sandang dan barang-barang bantuan di jalur gaza dirusak mengakibatkan kedaan lebih buruk lagi dengan dengan semakin terisolasinya kawasan gaza yang notabene merupakan basis kekuatan Hamas yang merupakan kelompok yang kini menguasai persepsi masyarakat Palestina semakin terisolasi. Semakin buruk lagi keadaan kedua negeri panas ini.

Tidak dapat dapat lagi kita tega melihat tumbangnya korban-korban tidak berdosa di tanah palestina. Konflik yang berkepanjangan antar kedupa begeri religius ini telah banyak meninggalkan luka yang amat mendalam. Tidak hanya luka ragawi, namun luka batin menjadi sisi luka yang susah dihapus dan terus dibawa di tengah perjalanan kedua belah pihak sebagai negeri dan warga dunia secara luas.

Sebagai salah satu anggota waraga dunia dan juga sebagai bangsa, baik Palestina maupun Israel membutuhkan adanya kenyamanan. Dalam hal ini asa untuk keamanan baik sosial ekonomi, politik hingga militer untuk menciptakan stabilitas nasionalnya.

Sementaa gejolak terjadi di tengah hubungan kedua negara tersebut, kelompok Al-fattah dan Hamas tidak henti-hentinya memperdebatkan masa depan negara mereka ke depan seakan tiada titik temu di antara mereka. Bukan lagi masalah bilateral saja di saat ini. Konflik dalam tubuh masing-masing negara pun menunjukan adanya pergolatan panas di dalamnya.

Negeri Palestina mungkin dapat menjadi negeri paling berdarah di tahun ini. Momen dua pergantian tahun baik hijriah dan masehi tidak membuat kedua belah pihak menentukan sikap yang lebih baik ke mana akan dibawa permasalahan ini di masa yang akan datang. Mulai dari gencatan senjata hingga internasionalisasi wilayah sengketa telah diupayakan namun tidak kunjung menciptakan perdamain yang diinginkan

Sebagai negara yang saling memperebutkan wilayah, sangatlah mungkin tragedi berdarah tanpa ujung terjadi. Hal ini disebabkan karena, wilayah menjadi salah satu syarat berdirinya suatu negara, layaknya bangsa kita di masa tiga setengah abad yang amat melelahkan dan amat berurai tangis darah.

Adanya hal yang tidak dapat dipisahkan seperti religiusitas dan historis, menjadikan konflik kedua belah pihak selalu dihubungkan dengan isu SARA. Hal ini dikarenakan secara historis, Palestina adalah negara yang dijuluki dengan bumi bangsa arya yang notabene sebagaian besar memeluk Islam sebagai agama dan Israel yang dipandang sebgai bumi kaum yahudi.

Ironisnya kita tak pernah melirik hal terkecil mengenai persamaan rasa kemanusian diantara kedua belah pihak. Konflik ini tidak akan membaik hingga terjadi pemahaman yang lebih dewasa dalam memaknai kesusahan dunia ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa permasalahan antar kedua negara ini telah banyak mengundang perhatian masyarakat dunia dan membakar emosi di sekelompok atau segolongan manusia. Mereka pula membawa agenda setting masing-masing dan pandangan masing-masing yang kerap kali tidak dapat tanggapan berupa pertemuan pada satu titik kesepakatan diantara keduanya. Munculah pertanyaan manakah penawar yang manjur untuk menyelesaikan permasalhan ini?

Netralitas

Hal yang yang paling menggelikan adalah ketika AS dan PBB ketika mereka ditunjuk sebagai juru adil diantara kedua belah pihak, tidak pintar dalam menempatkan diri dalam penyelesaian konfik di kedua negeri panas ini. Amerika yang cenderung mengndalikan segala kputusan PBB dalam membentuk suatu konsensus bersama dipandang dunia terlalu berpihak pada Israel.

Terlepas dari originitas masing-masing pihak. Ketika dimana penyelesaian permasalahan dibebankan kepada salah satu pihak yang berwarna, menjadi alasan untuk memihak pada salah satu pihak adalah hal yang tidak baik saat ini. Netralitas menjadi harga mati bagi sang juru adil nantinya.

Berbagai perundingan yang telah dilaksanakan menjadi lorong sempit bagi keduanya. Sehingga tidak ada pilihan lain untuk memungkiri kembali isi resolusi yang telah dicanagkan bersama. Ketidakberdayaan perundingan ini dapat mengindikasikan ketidakefektifan PBB sebagai arbritator, atau maupun kelompok-kelompok kepentingan dalam tubuh negara itu sendiri yang tidak becus dalam membahas masa depan negera mereka masing-masing tanpa merugikan kedua belah pihak.

Hasil sepeti pensterilan kawasan sengketa seperti Yerusallem Timur, telah diterilkan sebagai kawasan milik internasional tidak menjadi akhir cerita berdarah, dalam buku abad ini. Telah menjadi masalah yang amat berkarat sehingga susah sekali menemukan titik yang dapat memberikan posisi yang nyaman di antara keduanya sehingga luka ini segera tertutup.

Trobosan Perdamaian

Bukanlah menjadi kesalahan pada salah satu pihak saja berkenaan tidak kunjung tersesaikannya masalah hubungan bilateral ini. Permasalahan yang sengaja disamarkan berkenaan sebagai sebab musabab dari konflik berkepnajngan ini.

Hal penyebab yang terjadi adalah isu-isu berkenaan dengan SARA yang kini banyak di angkat terutama di negara kita. Sebagi negara yang memiliki warga muslim menjadi alsan kita untuk mendukung para pejuang Palestina. Padahal hal SARA tersebut bukanlah satu-satunya penyebab konflik berkepanjangan ini.

Keberpihakan AS sebagai salah satu penyelesai konflik tersebut yang menjadi hal yang memang mencengangkan sekaligus menggelikan. Ketidaknetralan sang adidaya menjadi hal sangat disayangkan. Apalagi ketika terbukti terjadi bantuan properti peperangan Israel yang notabene merupakan milik AS.

Keterbuktian tersebut tidak kunjung memberikan efek jera kepada AS. Dengan dalih pelangaran yang dilakukan salah satu pihak menjadi alasan untuk dia menindas salah satu pihak.

Perdamain menjadi harga mati yang harus diterima kesemua pihak. Tidak menjadi hal yang sulit apabila masing masing pihak mengedepankan kepntingan bersama dan terlebih lagi kepentingan dunia. Hal ini layak dibebankan kepada mereka. Hal ini dikarena keributan yang mereka lakukan telah merugikan dunia di segala aspek. Baik ekonomi, sosbud, maupun politik Internasional

Terlepas dari semuanya, bukanlah hal yang bijak apabila kita hanya melihat salah satu sisi tersebut. kedaulatan dan pengakuan sebenarnya menjadi masalah amat mendasar dari kedua belah pihak. Menjadi tawaran akhir dan satu-satunya untuk perdamain antar kedua belah pihak yang bertikai dan untuk pengaruh perdamain dunia yang lebih luas.

Kekerasan hanya alat untuk menunjukan kekuatan kebrutalan suatu negara. Tidaklah suatu kewibawaan sebagai negara yang ingin mengharapkan kedaulatan sebagai negara sepenuhnya. Kesimpangan siuran mereka sebagi negara seutuhnya, tentunya menjadikan pacuan mereka untuk menjadi lebih dewasa dan bijak dalam melihat permasalahan antar kedua belah pihak dan berusaha untuk menyelesaikan dengan kepala dingin.

Sudah saatnya kita lebih dewasa dalam melihat hal ini bukan lagi menjadi borok lokal namun menjadi borok dunia yang harus kita selesaikan. Bukan lagi dengan otot namun menggunkan jalur negosiasi yang cendurung menggunakan akal fikiran yang telah Tuhan berikan kepada kita sebgai insan bumi ini. Netralias tentunya menjadi harga mati untuk perdamain kedua negeri ini dan perdamaian dunia yang lebih kekal.

)* Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Publik

FISIP-Undip Angkatan 2007

Anggota HMI Komisariat FISIP-Undip

http://www.tsanny-area.blogspot.com

Selasa, 06 Januari 2009

Aksi q dan HMI FISIP Undip



















Galang Dana Peduli Palestina

sajak

Kiasan Insan

(Karya Tsanny_/Its_9)


Awan hitam menghiasi ruang nan gelap

Koyak kibar jatuh berserak di negeri nan kelam

Turut menghiasi tanahku nan gersang

Kering mengikis subur

Panas melenyapkan sejuk

*

Insan muda nan kekar terkiaskan kaku di sana

Tangan-tangan dengan urat yang saling mengikat kuat

Tulang putih bersih terbalut nyaman dalam selimut alam nan hangat

Darah merah membara mengalir sepanjang galah

Kemampuan serta tenaga manyatu berkorelasi dengan serasinya

*

Tak pernah aku-aku memikirkannya, apalagi menghayatinya

Tangan kian kian mengias lunglai

Tulang kian mengias buram

Darang kian mengias beku

Tenaga kian mengias hilang, lenyap dimakan selimut kemalasan

Dalam diri-diri ini selalu berfikir

Memutar otak dan bahkan menjungkirbalikannya

Hanya coretan bisu yang telah aku-aku hasilkan

Tanpa adanya getar sentuhan nan lantang

*

Diri-diri ini kian masuk daam jurang kepedihan semu tiada akhir

Meraba tangan ini pada diri, meraih asa yang lenyap entah kenapa

Siapakah jati diri-diri ini sebenarnya

Aku tak tahu...

Diri-diri insan-insan ini belum beranjak dari tempat antah berantah

Berusaha mencapai tujuan fatamorgana

Semu..., diam..., bisu..., mematung..., tak bergumam....


­­­­­­­­­­

Binar

Karya: Tsanny_/Its9 (140306)


Surya menyembul di sela awan tipis

Nampak binar di sela tipis

Tipis merayu sang bayu

Merajuk masa menjelang surya

Tertuju niraku dalam gundukan hijau

Terpuji dipeluk sisa rintik semalam

Putih, hijau anggun menawan

Kokoh menantang lautan angkasa

Sapuan bayu menyisakan derita bangsa

Terasa kasar menerpa pori-pori kulit

Walau hitam masih di atas putih

Masa ini tak akan terhenti...




Senin, 05 Januari 2009

Santai

Tahun Baru, Masalah Baru

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Bagai peluru bertubi-tubi menembus raga pertiwi tanpa ada belas kasihan. Seakan tidak akan pernah ada ujungnya permasalahan di negeri ini. Permasalahn di negara ini memang begitu pelik, begitu rumit, begitu kompleks. Hingga sering kita sebagai pembahas masalah di negeri ini merasa bosan dengan permasalahan yang tiada hentinya menghantui setiap langkah negeri ini.

Seakan tidak akan pernah ada lagi harapan bangsa ini untuk memberikan suatu hal yang bermanfaat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, di setiap kita mengenjak momen pergantian tahun tanpa sadar kita sering dihantui dengan membayangkan masalah-masalah yang kira-kira akan terjadi di negeri ini di tahun depan. Hingga tidak ayal kita takut untuk bermimpi untuk melaksanakan hal yang baru dan bermaslahat bagi umat di masa mendatang karena kita selalau dihantui dengan berbagai permasalahan yang diprediksikan oleh berpihak akan dihadapi oleh bangsa ini.

Permasalahan yang ada kini di tahun ini, tidak berarti bahwa kita tidak tidak dapat mendapatakan banyak karunia dari-Nya atas jerih payah kita selama ini. Ini menunjukan bahwa dibawah berbagai tekanan di negeri penuh masalah ini selalu ada cahaya yang seharusnya kita lihat sebgai pantikan bagi kita untuk memberikan hal yang lebih tanpa memperdulikan hal yang mengganjal dan menjadikannya sebagai pelajaran bagi kita untuk menjadi negeri yang lebih dewasa dalam menatap masa depan.

Sebagai salah satu negeri dengan beratus jenis keragaman beribu perbedaan dan jutaan permasalahan kita tidak dapt memungkiri amatlah sulit mengurusi negeri ini. Namun dengan dalih tersebut seharusnya kita dapat mengintrepertasikan segala bentuk halangan tersebut sebagai alat kiata untuk menjadi bangsa yang lebih bermartabat.

Susahnya membentuk konsensus bersama menagani penanggunlanagn maupun penyelesaian permasalahan yang ada hingga terdapat banyaknya benturan kepentingan hanyalah imbas dari sistem demokrasi yang telah kita nobatkan sebagai sistem yang mendeskripsikan segala aspek penyelenggaraan negeri ini. Seharusnya kiata ahrus mulai konsisten dengan pilihan yang telah kita tentukan bersama yaitu pemerintahan untuk , bagi dan dari rakyat.

Permaslahan seperti pornografi, hingga penetapan regulasi bada hukum pendidikan seharusnya tidak perlu terjadi bila perintah dapat sedikit memperhatika jeritan-jeritan rakyatnya dan mempertimbangkan aspek implementasi dan evaluasi. Suatu hal yang seharusnya dilakukan pemerintah sebagai komitmen kata sebagai negara demokratis.

Sebagai masyarakat global, memang tidak memberikan ruang sama sekali bagai acuh tak acuh dari permaslahan global yang sedang melanda. Permasalahan pencurian budaya hingga konflik yang melanda negara laian menajdi salah satu perhatian bagai kita sebgai bangsa yang menjadi salah satu keluarga masyarakat global. Namun tidak lantas kiata melibatkan secara penuh tanpa kita hirauka privasi negara lain. Perlu ada analisa mendalam sebelum kiat menggol kan isu di masyarakat sehingga terjadi keadaan yang kurang kondusif. Bagai kehidupan berbangsa san bernegara.

Krisis global sepertinya tidak lagai menjadi agenda permasalahan yang remang-remang di tahun depan sehingga perlu ada langkah antisipasi sebagai tameng kita untuk tidak lagai mendapatakan imbas yang tidak lebih tidak enak lagi. Penguatan pondasi ekonomi menjadi agenda yang tidak henti-hentinya menjadi agenda rutin pemerintah. Namun, agenda yang bak candu di musim kemarau ini tidak seharusnya menajdi hal yang tidak lagi alat pemerintah untuk menindas kalangan ekonomi menengah ke bawah yang notabena dapat menjadi landasan jatuhnya perekonomian negara.

Perbedaan mendasar negeri ini seperi SARA ternyata masih mendatangkan banyak masalah dari tahaun ketahun. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut adalah hal yang paling riskan dibahas di wilayah publik. Tidak seharusnya kiat memberikan gambaran jelas menganai keberwarnaan kita di tengah masyarakat yang telah banyak diwarnai oleh banyak kepentingan dan keberagaman. Hingga permasalaha menganai SARA tidak lagi menjadi agenda rutin penyebab kekerasan di atas bumi pertiwi ini.

Segala permasalahan yang ada di muka bumi pertiwi bukan menjadi hal yang menjadi permaslahan pemerintah saja. Permasalah bangsa secara luas adalah kata yang tepat untuk segera menyelesaikan segala permasalahan yang telah berlarut-larut dan rumit ini. Hanyalah persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat untuk dapat menyelesaikan masalah yang dikibatkan kemarin dan yang akan kita hadapi di masa yang akan datang. Hingga permasalahan baru akibat pergantian tahun ini menjadi hal yang pantas bagi kita sebagai bangsa secara luas untuk bersama-sama menghadapinya.

)* Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik FISIP-Undip Angkatan 2007

Anggota Administrator Muda Indonesia



Pendidikan

Di Saat Peluang Bisnis Pendidikan Terbuka

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Bisnis erat hubunganya dengan kaum kapitalis yang hanya menilai objek di depannya dengan materi yang mereka sebut dengan uang. Apa yang akan terjadi pada dunia pendidikan yang telah menerpakan pola pemikiran ini. Bukan salah satu unsur dari kurikukum yang akhirnya mencipatakan enterprener–entreprenur baru namun menciptakan kaum-kaum kapitalis baru di negeri ini dengan peraturan perundang-undangan yang disebut dengan badan hukum pendidikan.

Tentu kita tidak asing dengan peraturan yang sangat menyita perhatian masyarakat terutama golongan berpendidikan tentang pengesahan RUU Badan hukum pendidikan yang kini telah menginjak pada tataran final peraturan ini diamana ditandainya RUU tersebut ditetapkan sebagai salah satu undang-undang negara ini. Sudah barang tentu, ini bukan hal baru di dunia pendidikan. Emperium kaum kapitalis ternyata sudah menggrogoti lahan-lahan ekplorasi para kaum itelekualita. Tidak lagi menilai ilmu pengetahuan sebagai ilmu namun lebih melihat ilmu lebih pada materi semata.

Saat kita berbicara pendidikan maka kita bebicara masalah tentang masa depan bangsa ini. Sebagai tumpuan para generasi muda untuk memdidik dirinya hingga kelak mereka siap untuk mewarisi negeri yang hiper-kaya ini memang patut bagi kita sebagai bangsa untuk membagai perhatian kita terhadap masalah ini. Namun, ini tidak menjadi pertimbangan bagi para perumus kebijakan negeri ini mengenai mengapa mereka menetapkan UU yang masih kontrofersial ini sebagai salah satu regulator pendidikan negeri ini?

Pandangan kita sebagai bangsa mengenai pendidikan memang masihlah rendah. Banyak anak-anak bangsa yang belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal yang seharusnya mereka tidak perlu kehilangan hak mereka yang satu ini. Sudah sepantasnya sebagai salah satu ibu bagi anak-anak bangsa ini, untuk mengembalaikan hak mereka yang telah lepas dari tangan mereka.

Taraf ekonomi kita untuk menyelenggarakan suatu pendidikan yang lebih berkualitas bagi masyarakat luas memang kurang realistis. Krisis global yang ikut andil dalam mengobok-obok perekonomian negara kita yang masih rapuh ini, menjadi kendala pemerintah di segala aspek. Namun, bukan tindakan yang baik ketika pemerintah menggunakan ini sebagai alasan bagi pemerintahan yang sedang kebakaran jenggot untuk sesegera mungkin mengesahkan sebuah peraturan yang notabene sangat mempengaruhi kondisi serta iklim dunia pendidikan negeri yang kian mendekati kesuraman yang kian mendalam.

Gempar-gempar mengenai isu entrepreneur di tengah masyarakat merupakan hal yang baik ketika isu tersebut diatanggapai dengan dalam rangka mendorong masyarakat untuk menjadi insan yang lebih mandiri sebagai bangsa. Namun apabila hal ini diimplikasikan untuk melepas tanggung jawab pemerintah pada pendidikan negeri ini dan membebankannya hanya kepada para penyelenggara pendidikan bukan merupakan langkah yang jitu pada masa ini.

Sebagai pengadopsian sistem kaum kapitalis yang menempatkan badan pendidikan tidak lebih pada badan atau organiasasi yang mengeruk laba sebesar-besarnya dengan regulasi yang menempataka tanggung jawab sepenuhnya pada lembaga pendidikan berkenaan dengan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan di segala pos biaya. Di sini pemerintah praktis tidak sama sekali menempatkan dirinya pada posisi seharusnya sebagai pengayom di regulator ini.

Pemerintah bukan berarti berjalan tanpa ada pilihan lain. Turunya harga minyak mentah dunia dan harapan Indonesia untuk tetap mendaptkan pedikat negri pengimpor minyak dapat menajdi pertimbangan pemerintah untuk lebih memperhatikan lahan vital ini. Namun, dipertimbangkannya lagi atau dibelangsukannya terus peraturan ini ada pada wewenang pemerintah sebagai perumus regulasi ini.

Sebuah permasalahan yang saat ironis memang saat pemerintah telah angkat tangan dengan segala permasalahan yang ada di dunia pendidikan negeri ini. Sebagai salah satu hal yang sangat vital bagi kemajuan bangsa ini tidak seharusnya pemerintah mengkesampingkan urusan pendidikan ini dan dibebankan lebih pada pihak penyelenggaranya tanpa ada embel-embel lebihlanjut mengenai implementasi dari kebijkan apemerintah yang cukup kontroversial ini.

Kini wahana pendidikan negeri ini menjadi sangat menyeramkan bagi para calon-calon pewaris bangsa ini. Bayang-bayang berkenaan dengan biaya pendidikan yang melambung tinggi menjadi alat yang cukup ampuh untuk menjauhkan rakyat lebih jauh lagi pada dunia yang akhirnya akan mengantarakan masa depan negeri ini akan dibawa ke mana. Yang menjadi kewajiban pemerintah saat ini yang telah terlanjur mengesahkan undang-undanh yang kontroversial ini adalah bagai mana membawa regulator pendidikan agar kejadian tersebut tidak terjadi di negeri ini.


)* Mahasiswa Jurusan Administasi Publik Angkatan 2007 FISIP-Undip

Anggota Administrator Muda Indonesia

BBM

Saat Harga Bahan Bakar Meluncur

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*


Detik-detik akhir dekade pemerintahan saat ini agaknya banyak kebijakan pemerintah yang dikeluarkan demi kelancaran kegiatan masyarakat. Mulai dari kebijakan kenaikan harga BBM, hingga akhirnya seiring waktu bergulir BBM malah bergulir menurun dari harga sebelumnya. Sebagai salah satu barang vital yang banyak digunakan di tengah masyarakat, sepahit ataupun semanis suatu kebijakan yang berkaitan dengan bahan bakar ini akan berdampak banyak pada kegiatan atau roda kehidupan masyarakat secara luas.

Tidak hanya pemerintah yang kebakaran jenggot saat terjadi elevasi harga bahan bakar minyak yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga sembako maupun kebutuhan yang lain, masing-masing keluarga pun mulai memutar pikran agar dengan penghasilan yang ada dapat mempertahankan asap di dapur mereka. Dengan efek bola salju yang ditawarkan kebijakan saat itu, tentunya telah banyak menyita perhatian public secara luas. Demonstrasi yang dilakukan oleh elemen mahasiswa atupun masyarakat perihal masalah tersebut telah menjadi pemandangan sehari-hari ditengah masyarakat maupun berbagai mass media.

Eeuforia kebijakan naiknya harga BBM yang telah bayak memberi hikmah pada kita sebagai bangsa yang bercita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat secara luas. Apabila kita menengok ke belakang perihal terjadinya kebijakan tersebut tentunya kita tahu bahwa perilaku kita sendiri yang mengakibatkan adanya kebijakan tersebut. Konsumerisme yang tidak lagi terbendung, membuat kita tidak dapat melihat dan mendengar apa yang seharusnya kita dengar namun semua hanya kembali pada keinginan dan kepentingan masing-masing.

Suatu polemik tersendiri ketika pemerintah diposisikan sebagai ‘ratu adil kesiangan’ yang dituntut untuk memberikan kebijakan seadil-adilnya kepada masyarakat Indonesia yang notabene memiliki keberagaman yang amat kompleks. Namun dalam koridor peta ekonomi politik negara ini pemerintah memiliki hutang yang harus dibayar atas penawaran program yang telah diutarakannya kepada rakyat disaat mereka ada sebagai ‘calon’ wakil rakyat. Secara normatif pemerintah sebagai ratu ‘tunggal’ yang berkewajiban melayani rakyatnya dengan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Seiring dengan pergulatan waktu kini pejalanan harga bahan bakar minyak lebih berpihak kurang lebih pada masyarakat. Dengan turunnya haraga minyak mentah dunia hingga lebih dari 50%, harapan – harapan mengenai perbaikan prekonomian kerakyatan secara khusus maupun kehidupan ekonimia secara umum mulai bermunculan di berbagai kalangan. Isu penurunan barang kebutuhan pokok masyarakat menjadi harapan kebijakan yang akan dikelurkannya selanjutnya.

Namun sebelum dikeluarkanya kebijakan tersebut maka kita harus memberikan ruang yang luas bagi evaluasi dan analisa mendalam pada kebijakan yang telah berlalu dengan kebijakan yang akan datang. Begitu pentingnya barang ini bagi kehidupan masyarakat pemerintah tidak dapat ditolelir lagi, dalam menentukan kebijakan yang instant dan tidak berketimbangan.

Traumatis

Seperti terdapat rasa traumatik dalam penetapan kebijakan pemerintah sebelumnya, pemerintah menurunkan harga bahan bakar dengan sebagai tanggapan dari penurunan harga minyak mentah dunia yang kerap mengalami depresi. Pergolakan masyarakat dalam menghadapi suatu kebijakan pemerintah belum terlalu umum sehingga sering kebijakan yang dikeluarkan, menjadi bahan pihak yang dirugikan sebagai alat untuk merobohkan kebijakan yang ada. Ironisnya tumbangnya kebijakan tersebut tidak mempertimbangkan keaibannya di sisi kelompok lain.

Masyarakat yang sudah sedemikian terbiasa dengan harga bahan bakar minyak yang relatif tinggi, sedangkan para kelompok pengusaha penyedia barang konsumsi telah banyak menikmati adanya kenaikan harga permata hitam tersebut. Kenaikan permanen yang pernah kita lakukan sebelum mencuatnya harga permata hitam ini di permukaan publik akhir-akhir ini. Seperti yang telah sebelumnya

Kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak tak ayal seperti kebijakan sebelumnya, ditujukan bagi kemaslahatan hayalak luas. Tidak dapat kita pungkiri pula, kebijakan ini bukan berarti bebas dari pertimbangan – pertimbangan. Sebagai salah satu komoditi yang cukup vital sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mendiskusikan kebijakan ini lebih seksama sebelum dilontarkan di tengah masyarakat.

Namun ada yang terlewat di atas meja perundingan kebijakan ini. Hal tersebut adalah pengaruh demam kebijakan penurunan harga bahan bakar bagi para pelaku usaha. Baik penawar jasa aupun baeang konsumsi. Dengan keuntungan pemasangan tarif tinggi di sela kenaikan harga BBM sebelumnya menjadi alasan mereka untuk berat dalam melepaskan kondisi tersebut.

Industri yang banyak menggunakan alat produksi berbahan bakar minyak ini ternyata belum kunjung untuk menurunkan tarif mereka dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Jasa transportasi yang merupakan jasa vital bagi distribusi barang konsumsi masyarakat belum pula menurunkan tarif mereka sehingga mengimplikasikan masih tingginya harga barang konsumsi di pasaran. Sehingga munculah pertanyaan tentang arah kebijakan penurunan harga BBM sesungguhnya.

Perlu adanya pehitungan yang pasti dalam memperhitungkan bagaimana nasib dari kebijkan ini saat ada di tengah masyarakat. Hal ini penting agar kebijakan ini tidak hanya teronggok hanya sebagai produk politik yang tidak berfaedah bagi masyarakat secara luas. Denyut perpolitikan pemilu 2009 yang mulai terasa jangan sampai menjadi alasan bagi para kelompok kepentingan di badan legislatif untuk sekedar memberikan kebijakan yang hanya cenderung memanjakan masyarakat.

Komunikasi secara berkesinambungan antara pemerintah dan para pelaku usaha menjadi salah satu solusi yang dapat mengobati kecacatan kebijakan ini agar tidak lebih buruk lagi. Koedinasi mengani implemetasi kebijakan ini lebih lanjut bagai mana efek yang ditinggalkan perihal penerapan kebijkan ini maupaun faedahnya bagi masyarakt secara luas.

)* Mahasiswa FISIP UNDIP Jurusan Administasi Publik Angkatan 2007

Anggota Administrator Muda Indonesia