Senin, 22 Desember 2008

Kampus

Pemimpin Fantasi

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Genderang dan tabuhan-tabuhan politik telah dibunyikan sebagai tanda bahwa arena peperangan intelek-intelek muda di ranah perpolitikan kampus dimulai. Segala daya intelektualita muda dalam segi pemikiran dan kontribusinya dalam menghidupkan dunia perpolitikan kampus mulai diuji saat ini.

Ada yang menganggap hal tesebut sebagai gerendang oknum profokator kampus yang sengaja membuat lingkungan kampus menjadi memanas dan memilih meninggalkan arena sebagai bentuk ketidakacuhan terdapat apa yang kita sebut dengan miniatur arena politik negara sebenarnya dengan kebanggaannya mendapatkan label sebagai mahasisiwa apatis. Namun, ada segelintir para aktor pepolitikan kampus yang sering disebut dengan mahasiswa organisatoris melibatkan diri dalam peperangan dan mulai melancarkan manuver-manuver politik demi menjadi orang yang memiliki dominasi di lingkungan kampus.

Sebuah lingkungan para penerus pemegang tonggak kekuasaaan tetinggi negeri ini, tentunya kita mengtahui mana yang seharusnya sikap yang layak kita ambil dan mengaplikasikannya dalam sebuah tindakan-tindakan yang produktif. Pergerakan mahasiswa yang diindentikan pada aksi turun ke jalan dan efuoria kekuasaan sesaat yang saya sebut dengan pemimpin fantasi.

Layaknya para idol yang sedang berkompetisi mengumbar keahliannya dalam bidang yang mereka geluti, para mahasiswa sebagai roda perpolitikan kampus sebenarnya memperebutkan singgasana tertinggi melalui berbagai cara agar polling suara mereka dapat mengalahkan rival-rival politiknya. Namun sayangnya, denyut demokratisasi kampus tesebut seperti layaknya para idol yang seakan mereka memiliki misi dan visi dalam dunianya dan organisasinya, akan tetapi dalam prakteknya mendapatkan nilai nol besar sebagai predikat para oknum pitik kampus yang hanya mengumbar janji-janji manis namun tak pernah dalam masa kepemimpinannya tergambarkan segala misi dan visi yang identik dengan idealisme kampus mereka lakukan.

Dalam kompetisi pun intrik-intrik pun tak jarang dilakukan oleh oknum kampus baik dalam bentuk yang paling tepuji maupun dalam cara yang paling terhina. Tak jarang para politisi kampus menggerakan semua roda dalam kehidupan kampus dengan cara yang kotor layaknya politisi negeri ini. Label mahsiswa dengan idealisme yang tingg tidak lagi mereka hiraukan. Hanya segelintir orang yang masih menjunjung nilai nilai idealisme mahasiswa, namun mereka tak lebih dari kelompok kepentingan yang langsung tersingkir dari arena permainan. Jeleknya lagi sebagian banyak intelektual-intelektulal muda ini hanya tak mau ambil pusing dengan realita tersebut.

Hal ini tak ayal menjadi masalah kita bersama walaupun hanya segelintir orang yang merasakan kemunduran ini baik pratikal maupun substansial ini. Bukan saja kekritisan dan sikap ilmiah mahasiswa yang telah memudar, dorongan atau motivasi untuk membuat perubahan pun telah punah. Merubah hal yang tergolong kecil di antara komponen-komponen yang ada di negeri ini pun tidak bisa, bagaimana merubah suatu sistem yang lebih besar yang kita sebut dengan negara?

Bukan berarti gerakan perubahan tersebut itu tidak mungkin, tetapi belum ada yang benar-benar mengikatkan diri untuk memperbaiki sistem ada. Sekarang apakah kita sebagai pioneer-pioner muda pantas mendiamkan diri pada kondisi yang ada dan turut mengikuti arus yang tentunya kita ketahui hal ter sebut yang kita sebut dengan keesalahan.

Sebagai anggota kelompok dari bangsa yang besar ini, mestinya kita telah banyak memperoleh pengalaman dalam berbagai dinasti kepemimpinan di negeri ini. Berbagai figure pemimpin telah banyak kita nikmati dan rasakan baik kebaikannya maupun kejelekannya. Sudah sebagai kodrat manusia yang selalu memiliki dua sisi yang telah menjadi hukum alam ini.

Sebagai kelompok masyarakat yang berpendidikan dimana diharapkan menjadi agent of change di negeri kita yang tercinta ini, layakkah kita tidak pernah mengkritisi hal tersebut dan menganggap semua itu hanya proses tanpa ada suatu tindakan menyikapi ganjalan-ganjalan dan menganggap hal tersebut sebagai suatu sistem yang telah ada dan sulit atau bahkan tidak dapat diluruskan? dan menggap masalah itu bukan urusan ‘gue’?.

)* Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Publik 2007 Undip,

Anggota Administrator Muda Indonesia (AdMI)

->dipublikasikan di Buletin Sophis HMI FISIP-Undip Senin, 17 November 2008

Kamis, 13 November 2008

Hiburan

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Minggu, 02 November 2008

Pendidikan

Sikap Mahasiswa dan ‘Peradangan’ Westernisasi


Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Suatu alur pemikiran untuk menjadi suatu hasil perlu adanya metodologi yang jelas untuk menyelesaikan suatu masalah apapun. Sepertihalnya memecahkan suatu permasalahan dalam keadaan yang agaknya bertolakbelakang dan berbeda dalam lingkungan kampus yang dihuni oleh mahasisiwa-mahasiswa dimana mereka notabene digolongkan dalam kaum intelektual di Indonesia serta golongan yang seharusnya dipersiapkan sebagai agent of change.

Dalam perggolakan bangsa di zaman perjuangan kemerdekaan hingga saat ini peran mahasiswa telah banyak menyita perhatian halayak ramai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari tuntutan yang berhasil menumbangakan rezim orde lama hingga saat dimana mahasisiwa menuntut adanya reformasi dalam tubuh pemerintahan negara ini yang belangsung pada puncak di mana terdapat pergerakan di segala daerah yang mengaba-abai tumbangnya rezim orde baru, dan hingga kini perjuangan itu masih belum selasai dan ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua elemen bangsa ini termasuk mahasiswa.

Mahasiswa yang merupakan kaum intelektualita muda di Indonesia seharusnya dapat memberikan produk pemikiran yang inovatif dimana dapat meningkatkan kualitas masyarakat di segala bidang. Tidak hanya terpaku pada bidang sains namun permasalahan sosial mengenai ekonomi, budaya, maupun politik menjadi lahan yang banyak memeberikan banyak ruang bagi mahasisiwa untuk menuangkan ide-ide kreatifnya.

Di zaman sekarang ini mahasiswa selalu terpaku pada suatu pandangan yang sempit mengenai apa yang disebut dengan mahasiswa dan pengabdian masyarakat. Kebanyakan dari mereka, memisahkan antara internal kampus dimana mahasiswa ‘hanya’ berkutat dengan proses belajar yang bersifat akademik atau teoritikal dan dunia luar kampus yang sering disebut eksternal kampus dimana menempatkan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat.

Ironisnya, mahasiswa dijebak pada sistem-sistem pengajaran di perguruan tinggi yang cenderung mementingkan keahlian di aspek keilmuan yang cenderung teoritikal daripada proses belajar yang ditujukan pada proses pembelajaran yang menuntut mahasisiwa untuk mengaktualisasi dirinya di tengah masyarakat dimna sering kita sebut dengan ‘praktisnya’. Hal ini menuntut mahasisiwa untuk memberatkan aspek teoritis dalam memahami ilmu yang mereka peroleh dibandingkan dengan segi-segi yang cenderung praktikal di lingkungan intelek muda indonesia tersebut. Sehingga cukup beralsan bila masyarakat melakukan ‘labelling’ pada mahasiswa sebagai kaum ‘keminter’ hal ini disebabkan adanaya suatu pandangan dimasyarakat mengenai pandangan mahasisiwa yang bersifat teoritis tanoa dikolrelasikan pada hal yang bersifat praktis.

Idealisme

Idealisme mahasiswa mahasiswa yang masih menggebu-nggebu, dipanang sulit dipertahankan di zaman yang penuh dengan persaingan yang semakin ketat saja. Hal-hal ini semakin diperburuk lagi oleh oknom-oknum pendidikan yang terus mendoktrinasi hal yang meeka anggap dengan ‘kenyataan’ tersebut. Doktrinasi yang kadang diterima begitu saja oleh mahasiswa tanpa menghiraukan adanya ‘kemungkinan’ yang cukup besar bila mereka berusaha untuk memperbaiki sistem yang ada sekarang ini. Namun pandangan mahasiswa mengenai kemungkinan tersebut semakin abstrak saja. Hal tersebut tidak lagi menjadi hal yang mustahil jika motivasi mereka lebih hanya menjadi suatu bingkai yang temporer menghiasi ranah pergulatan bangsa ini di segala bidang.

Apa bila kita analogikan pada adanya suatu bentuk yang lebih kongkrit bahwasanya sistem yang ada di tengah masyarakat sekarang ini sepertihalnya alat makan dan makanan, apabila sistem yang ada kita pandang kita kotor sepertihalnya alat makan yang kotor kita harus membersihkannya dahulu. Apabila kita telah melakakukan hal tersebut, tinggal kita menikmati hidangan yang ada dimana kita sebut sebagai suatu hasil yang kita harapkan. Namun, hal masalah yang ada tidak sesimpel itu, mahasiswa cenderung berhenti pada pemikiran bagaimanakah mengubaha sistem yang dianggap tidak baik dan enggan memperbaikinya dengan alasan hal tersebut tidak realistis.

Hedonisme dan Apatisme

Sebagai suatu bangsa yang telah bekomitmen dengan demokrasi dan terbuka dengan segala sumber informasi yang masuk, modernisasi menjadi hal yang wajar bagi bangsa ini. Namun, hakekat dari modernisasi yang merupakan paham yang mencarikan jalan yang lebih mudah bagi manusia untuk melaksanakan kehidupannya sehari-hari. Namun, yang menjadi masalah saat ini adalah bagaimanakah mahasisiwa menyikapi hal tersebut.

Tidak dapat dipungkiri bahwa, westernisasi yang merupakan imbas dari modernisasi yang kebarat-baratan ternyata juga berimbas pada kehidupan mahasisiwa. Gaya hidup barat seperti jalan-jalan di mall, dugem, dan sebagainya dipandang sebagi gaya hidup yang lebih menarik. Ideologi dan pemikiran barat yang cenderung individualistis menciptakan sikap mahaisiswa yang lebih apatis terhadapa kondisi sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

Bukan hal yang baru pula menaggapi masalah yang telah saya anggap telah meradang ini. Sistem pendidikan yang hanya menekankan pada teori tinimbang praktik dianggap menjadi penyebab masalah ini selanjutnya. Bukan yang aneh pula dimana dunia telah dijajah oleh kapitalisme barat yang cenderung meleihat segala hal sebagai angka-angka. Parahnya, lagi hal tersebut diadopsi oleh mahasiswa. Materi yang kini dianggap tidak hanya oleh masyarakat tetapi juga mahasiswa sebagai hal terpenting di dunia tidak urung menyumbang berubahnya gaya hidup masyarakat ataupun mahasiswa lebih materialistik dan individualistik.

Pergerakan mahasiswa untuk perubahan bukan berati tenggelam dimakan zaman, namun yang berubah justru terhadap nilai yang terkandung dalam pergerakan tersebut. Organisasi seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia), KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan sebagainya, menjadi bukti dimana pergerakan itu masih ada. Namun permasalahan itu menjadi lebih meradang apabila kita melihat dimanakah letak pergerakan tersebut bagi masyarakat.

Yang dibutuhkan sekarang adalah kerjasama yang terpadu antar elemen masyarakat dalam menyikapi kondisi yang terlanjur terjadi termasuk mahasiswa. Sebagai agent of change mahasiswa harus dapat menetukan sikap yang dapat meredam peradangan yang ada. Bukan hanya menurutu arus yangada dalam masyarakat tanpa melihat benar ataupun salahnya. Dengan menjadi insan yang kritis dan terbuka dengan segala hal yang terjadi di masyarakat sebagai mahasiswa, merupahan tersebut tidak hanya berhenti pada kemungkinan dan angan-angan akan tetapi akan menjadi suatu kenyataan.


)* Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Publik 2007 Undip,

Anggota Administrator Muda Indonesia (AdMI)


Minggu, 19 Oktober 2008

politik nasional

Indonesia Butuh Pemimpin Muda Berideologi


Jakarta (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan pemimpin muda yang berideologi untuk membawa bangsa menuju kesejahteraan, keadilan dan kedaulatan.

"Kriteria pemimpin yang dibutuhkan bangsa saat ini adalah yang memiliki ideologi jelas. Yang dimaksud ideologi yang jelas yaitu sistem politik, demokrasi sosial dan ekonomi pasar sosial. Saat ini ideologi tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik," kata tokoh pergerakan kaum muda yang juga pengamat ekonomi, Faisal Basri di Gedung Arsip Nasional Jakarta, Minggu.

Pada acara pembacaan Ikrar Kaum Muda Indonesia, yang diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda itu Faisal juga mengatakan, sudah saatnya kaum muda Indonesia diberi kesempatan untuk memimpin bangsa.

"Sebab kalau orang yang bermasalah pada masa lalu terus ada di panggung nasional maka bangsa kita akan terbelenggu oleh kesalahan mereka," katanya pada acara yang dihadiri sejumlah tokoh muda seperti pengamat politik Yudhi Latif, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti dan Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit.

Menurut Faisal, bila tokoh-tokoh lama berusaha terus bertahan pada posisinya maka kesempatan bagi kaum muda untuk menjadi pemimpin bangsa akan tertutup.

"Kesempatan itu tidak akan terbuka karena para tokoh lama ini memutuskan untuk tetap bertahan karena ingin menutupi kesalahannya pada masa lalu," ujarnya.

Padahal, menurut dia, akan lebih baik bila kepemimpinan bangsa diserahkan kepada kaum muda.

"Serahkanlah pada kaum muda, yang saya yakin sangat luar biasa," katanya serta menambahkan pernyataannya tersebut tidak dikeluarkan sehubungan pelaksanaan Pemilu 2009.

Lebih lanjut dia mengatakan, sudah saatnya pintu kesempatan dibuka seluas-luasnya bagi kaum muda supaya mereka bisa berpartisipasi aktif dalam politik dengan gagasan yang segar dan progresif.

"Tentunya dengan tidak melupakan konstitusi negara," katanya.

Pembacaan Ikrar Pemuda Indonesia, yang dihadiri ratusan pemuda lintas profesi, suku dan agama, dilakukan sebagai bukti bahwa kaum muda terpanggil untuk bangkit melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Pelaksanaan kegiatan itu berawal dari keprihatinan kaum muda terhadap kondisi Indonesia saat ini, yang meskipun sudah berulang kali berganti presiden dan kabinet, tidak juga beranjak membaik dan bahkan justru semakin terbelit krisis.(*)

COPYRIGHT © 2007

sumber: http://www.antara.co.id/

Ekonomi Dunia

Resesi Amerika
Senin, 21 Januari 2008
Negara sekuat Amerika Serikat ternyata mengandung beberapa kelemahan juga. Tak disangka, Ekonomi AS setahun terakhir mengalami perlambatan hingga memicu terjadinya resesi. Pemicunya adalah krisis kredit bermasalah sektor perumahan (subprime mortgage). Sejumlah perusahaan besar seperti Merrill Lynch dan Citigroup merugi besar-besaran. Data ekonomi AS, baik tenaga kerja maupun inflasi, juga cukup mengkhawatirkan.

Laporan bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, yang dirilis Kamis (17/1) lalu menyebutkan, sektor ritel, perumahan, dan otomotif AS menunjukkan tanda-tanda melemah. Libur panjang selama akhir 2007 tak mampu mendongkrak belanja konsumen.

Dalam laporan yang populer disebut dengan Beige Book itu, 12 distrik Federal Reserve menyatakan bahwa aktivitas ekonomi meningkat secara sedang selama periode survei (pertengahan November hingga Desember 2007). Dari seluruh distrik, menurut laporan The Fed, tujuh di antaranya melaporkan kenaikan aktivitas tipis, dua melaporkan kondisi beragam, dan aktivitas di tiga distrik dilaporkan melambat.

Sejumlah anggota Kongres AS dan pejabat mendesak agar ada pemotongan pajak sedikitnya 300 dolar AS per wajib pajak. Namun, sejumlah kalangan berupaya agar pemotongan pajak hingga 800 dolar AS per orang, atau 1.600 dolar AS per rumah tangga. Langkah itu menyertai kemudahan pajak bagi pebisnis.

Dengan semakin meningkatnya kekhawatiran akan bertambah cepatnya laju resesi, Presiden AS George Walker Bush dan sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik, tampaknya, berkeinginan membuat sebuah konsesi dengan Partai Demokrat. Rencana konsensus muncul di tengah menyeruaknya kabar terbaru krisis ekonomi dan kecenderungan penurunan di Bursa Saham Wall Street. Hal itu mendorong Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke dan sejumlah pejabat lain untuk membicarakan perlunya bertindak lebih cepat.

Presiden Bush sendiri mendesak Kongres segera menyetujui rencana stimulus ekonomi senilai 140 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.330 triliun). Permohonan Bush itu disampaikan di tengah meningkatnya konsensus tentang perlunya mengundangkan rencana mencegah resesi lewat sebuah program stimulus yang dilandasi pemotongan pajak dan kemudahan-kemudahan bisnis. Bush mengatakan, nilai paket tersebut harus cukup fantastis untuk membuat adanya perbedaan di dalam sebuah perekonomian yang sebesar dan sedinamis perekonomian AS.

Lantas bagaimana dampaknya terhadap Indonesia? Meski indikator makroekonomi membaik pada 2007, pemerintah dan BI memilih bersikap waspada merespons paket ekonomi AS. Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono mengatakan, ancaman resesi global masih ada. Ancaman kenaikan harga-harga komoditas masih cukup besar, terutama dari harga minyak. Resesi di Amerika jelas memiliki dampak pada negara lainnya. Uni Eropa bahkan sudah mulai bersiap-siap menghadapi krisis ekonomi pasca resesi Amerika itu. Indonesia, tentu harus lebih waspada.

Jangankan krisis global, satu produk impor saja yang tidak normal, negeri ini kelimpungan. Tengoklah ketika harga kedelai impor dari AS dinaikkan, para pedagang tempe menjerit dan melakukan aksi demo. Ironis tentu saja. Di negeri yang petaninya banyak, lahannya luas, tanahnya subur, tak bisa dihasilkan kedelai, dan negeri ini berketergantungan kepada negara lain. Amerika pula namanya. Tentu saja, resesi Amerika akan memiliki dampak yang signifikan bagi bangsa ini karena ketergantungan yang masih belum juga mampu diatasi. Mentalitas ketergantungan, malas dan tidak kreatif menjadikan bangsa ini terus ‘’dijajah’’ imperialisme modern. Negeri besar resesi, negeri ini ikut terkena dampak. Namun negeri lain makmur, kita juga tetap krisis. Sampai kapan?

Sumber: http://www.riaupos.com/

Jumat, 03 Oktober 2008

perguruan tinggi

Mar
Survey Kompas
Posted by admin Published in Uncategorized

Survei Tempo 2007 : Sepuluh Kampus Impian Dunia Kerja.

Pendidikan tinggi memang masih diyakini sebagai jalan tol meraih masa depan gemilang di pasar kerja Indonesia yang sempit. Hingga awal 2007, negeri kita memiliki 10,9 juta penganggur — 20 persennya berijazah sarjana. Hasil riset pusat data dan analisa Tempo pada Januari di Jakarta dan sekitarnya mencatat ada 10 perguruan tinggi yang lulusannya dianggap favorit di pasar kerja. Hasil laporan tersebut menemukan, di luar sepuluh Universitas tersebut ada sederet lembaga pendidikan lain yang alumninya juga menjadi “primadona”.

Banyak orang menganggap lulus dari perguruan tinggi adalah modal utama untuk meraih kesuksesan. Jika ijazah sarjana sudah dalam genggaman, mencari pekerjaan adalah soal mudah. Itu sebabnya banyak orang rela membayar mahal biaya kuliah asalkan bisa jadi sarjana.

Benarkah anggapan itu? Ternyata tidak, menurut data Departeman Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah lulusan S1 yang menganggur terus bertamabah. Penganggur terbuka S1 jumlahnya mencapai 11%. Bahkan jika ditambah kategori setengah pengangguran angka itu melejit ke 37%. Angka pengangguran yang besar menunjukkan bahwa saat ini gelar sarjana bukanlah jaminan memperoleh perkerjaan dengan mudah.

Lapangan pekerjaan yang tersedia tampaknya tidak mampu menampung seluruh pencari kerja yang jumlahnya terus membludak. Situasi ini pada akhirnya menempatkan pencari kerja ke dalam posisi yang kurang menguntungkan, karena pihak perusahaan hanya bersedia merekrut tenaga-tenaga kerja yang handal dan professional. Di tengah posisi tawar yang semakin rendah, para sarjana harus menghadapi persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan posisi pekerjaan yang tersedia.

Lalu, apakah kompetesi akan berhenti sampai seseorang lulusan berhasil memperoleh pekerjaan saja? Tentu tidak. Lulusan yang baru saja duduk di kursi aman pertama. Dunia kerja selalu penuh persaingan. Bahkan, boleh dibilang kompetisi sebenarnya baru saja dimulai.

Mencermati ketatnya persaingan dunia kerja yang pasti akan dihadapai, para mahasiswa dan calon mahasiswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik. Apa saja yang perlu dipersiapkan mahasiswa agar menjadi lulusan berkualitas? Faktor-faktor apa saja yang menentukkan kesuksesan ketika berada di dalam dunia kerja? Bagaimana persepsi dan harapan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi S1? Manakah lulusan perguruan tinggi yang dianggap terbaik dipandang dunia kerja?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut Pusat Data dan Analisis Tempo (PDAT) untuk kali ke empat melakukan survei seputar perguruan tinggi. Berbeda dari survei-survei sebelumnya yang menggali persepsi terhadap perguruan tinggi dari sudut pandang masyarakat dan para ketua program studi, survei kali ini dilihat dari sudut pandang dunia kerja, yaitu bagaimana persepsi dan harapan dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi S1. Survei ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang bermanfaat bagi pembaca khususnya para calon mahasiswa perguruan tinggi agar dapat mempersiapkan langkah-langkah yang tepat guna membentuk pribadi yang siap menghadapai tantangan ke depan.

Tujuan Survei

- Mengetahui perguruan tinggi mana yang menghasilkan lulusan terbaik
- Menggali image/persepsi dunia kerja terhadap lulusan perguruan tinggi S1
- Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dibutuhkan dunia kerja
- Menggali aktivitas apa saja yang harus dipersiapkan selagi mahasiswa untuk mendukung keberhasilan dalam dunia kerja
- Mengetahui level posisi pekerjaan yang ditempati para lulusan S1

Metodologi Survei

Survei dilakukan dengan cara mewawancarai responden secara langsung (face to face interview), dengan alat bantu pengumpulan data berupa daftar pertanyaan. Responden dipilih melalui quota sampling.

Responden terbagi menjadi dua panel yaitu (1) User dan (2) Recruiter. Batasan responden User adalah mereka yang memiliki/pernah memiliki bawahan langsung lulusan S1 dalam 3 tahun terakhir, menempati posisi manajer ke atas, berpendidikan S1 dan mengetahui kemampuan dan karakter masing-masing bawahannya. Panel User terdiri dari berbagai bidang manajerial, namun tidak termasuk bidang personalia/HRD. Sementara batasan responden Recruiter adalah mereka yang berkerja di bidang personalia/HRD atau perusahaan konsultan penyedia tanaga kerja (Head Hunter), pernah merekrut lulusan S1 dalam 3 tahun terakhir, menempati posisi manajer ke atas dan berpendidikan minimal S1.

Waktu Survei : Desember 2006 - Januari 2007
Responden : 135 orang, terdiri dari 80 pengguna tenaga kerja dan 55 perekrut.
Lokasi : Survei ini dilakukan di Jakarta, Jawa Barat (Bandung, Bogor, Bekasi, dan Depok), Banten (Tanggerang). Karenanya besar kemungkinan ada bias Jawa-sentris–perguruan tinggi di luar Jawa yang masuk 20 besar lebih sedikit dari yang seharusnya. Namun, pengaruh bias ini diduga tidak bermakna, karena lapangan kerja terkonsentrasi di ketiga provinsi ini.

Profil Responden

Mayoritas jabatan pekerjaan responden adalah setingkat manajer (82%), selebihnya senior manajer (4%), general manajer (4%), direktur/ direksi (8%), dan pemilik perusahaan (2%). Sementara itu, bidang manajerial yang ditangani responden panel User cukup menyebar dengan proporsi tersebar di bidang pemasaran (34%).

Hasil Survei

Berdasarkan pendapat para User dan Recruiter yang mewakili dunia kerja, empat urutan teratas lulusan perguruan tinggi S1 terbaik diisi oleh lulusan dari perguruan tinggi besar di Indonesia. Lulusan Universitas Indonesia (UI) menempati urutan pertama sebagai lulusan terbaik dengan indeks thurstone 14,5, mengungguli ITB (13,3), UGM (11,6), dan IPB (11,4).

Selanjutnya urutan ke-5 sampai ke-10 diisi oleh lulusan dari ITS, UNAIR, Trisakti, UNPAD, Univ. Atmajaya Jkt serta UNDIP yang saling bersaing menempati urutan ke-9 dan ke-10.

Kualitas lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi tidak terlepas dari dukungan fasilitas kampus yang memadai, seleksi penerimaan yang ketat, pengajar bermutu serta metode belajar mengajar yang baik. Di samping itu, sebagai perguruan tinggi paling tua di Indonesia, UI, ITB, UGM, dan IPB tampaknya memiliki pengalaman bagaimana menciptakan lulusan yang berkualitas.

Sementara itu, masuknya lulusan Universitas Trisakti di urutan ke-7 dan Universitas Atmajaya Jakarta di urutan ke-8 menujukkan bahwa lulusan perguruan tinggi swasta mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi negeri.

Karakter Juara

Faktor keluarga dan masyarakat, kehidupan kampus memberikan pengaruh yang signifikan dalam membentuk karakter lulusan. Sistem perkuliahan, atmosfer pergaulan, budaya kampus, serta kondisi lingkungan di sekitar kampus telah membentuk karakter yang kuat di dalam diri para lulusan. Oleh karena itu, survei ini juga menggali bagaimana dunia kerja memandang karakteristik masing-masing lulusan perguruan tinggi.

Berikut ini peta persepsi dunia kerja tentang karakter lulusan 10 perguruan tinggi tersebut.

Gambar merupakan peta persepsi dunia kerja terhadap karakteristik lulusan perguruan tinggi terbaik. Peta persepsi ini memuat 10 objek (lulusan perguruan tinggi) dan 17 atribut (pernyataan yang berhubungan dengan karakter). Semakin dekat jarak sebuah atribut dengan objek semakin kuat karakter tersebut melekat kepada diri lulusan. Sementara itu titik-titik objek yang saling berdekatan menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi yang satu mempunyai kemiripan karakter dengan lulusan perguruan tinggi yang lain.

Dari gambar menujukkan bahwa lulusan UI, ITB, UGM, dan IPB memiliki kemiripan karakter. Karakter yang melekat pada keempat lulusan perguruan tinggi tersebut yaitu memiliki kemampuan akademik yang baik, mempunyai perencanaan yang matang, mempunyai visi ke depan serta mempunyai kemampuan berpikir analistis.

Lulusan ITS, UNAIR, dan UNDIP dikenal sebagai lulusan yang mau bekerja keras serta mampu bekerja dalam tekanan. Lulusan UNPAD adalah lulusan yang mampu mengorganisasikan pekerjaan dan mengaplikasikan kemampuan akademik dalam bidang pekerjaan. Sedangkan lulusan Trisakti dan Atmajaya dikenal memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berbahasa Inggris.

Informasi ini merupakan pandangan umum dunia kerja terhadap kualitas lulusan perguruan tinggi. Setiap lulusan perguruan tinggi tampak memiliki keunggulan masing-masing. Meskipun bukan satu-satunya ukuran dalam memilih perguruan tinggi yang akan dimasuki, mempertimbangkan kualitas lulusan dapat menjadi nilai tambah informasi yang bermanfaat kepada para calon mahasiswa.

Andakah yang dicari?

Indeks Prestasi ternyata faktor penting untuk cepat mendapatkan pekerjaan. Sayang, lulusan perguruan tinggi negeri masih dianggap yang terbaik.

“Pintar di Kampus dan Jago Bahasa Inggris Lebih berpeluang”
Quote:
Faktor-faktor awal yang dipertimbangkan perusahaan ketika akan merekrut lulusan S1 Fresh Graduate (berdasarkan rangking):
1.Indek prestasi komulatif
2.Kemampuan bahasa Inggris
3.Kesesuaian program studi dengan posisi kerja
4.Nama besar Perguruan Tinggi
5.Pengalaman kerja/magan
6.Kemampuan aplikasi komputer
7.Pengalaman organisasi
8.Ada rekomendasi dari pihak tertentu

Langkah pertama yang dilakukan oleh para lulusan perguruan tinggi untuk masuk ke dunia kerja adalah mengirimkan lamaran kepada perusahaan yang ingin dimasuki. Oleh pihak perusahaan, surat lamaran yang masuk akan diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.

Berdasarkan hasil survei, kriteria awal yang paling diutamakan oleh pihak perusahaan setelah menerima surat lamaran dari lulusan S1 fresh graduate adalah nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi, IPK dipandang sebagai ukuran keberhasilan seseorang lulusan dalam menyelesaikan kuliahnya. Temuan ini menjelaskan bahwa memiliki IPK yang tinggi merupakan modal awal bagi lulusan S1 fresh graduate dalam membuka peluang masuk ke dunia kerja. Oleh karena itu, para mahasiswa sebaiknya tidak melupakan tugas utamanya selama berada di bangku kuliah, yaitu memperoleh nilai akademik yang baik.

Faktor selanjutnya yang dilihat perusahaan adalah kemampuan bahasa Inggris serta kesesuaian antara program studi pelamar dengan posisi yang ditawarkan perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mempertimbangkan asal perguruan tinggi dari pelamar. Lulusan perguruan tinggi yang memiliki nama besar tampak mendapatkan prioritas yang lebih tinggi, dari survei, menampilkan urutan faktor-faktor yang dipertimbangkan perusahaan-perusahaan akan merekrut lulusan S1 fresh graduate.

Rangkaian test yang harus dihadapai

Menurut survei, ada tiga jenis tes yang umumnya dilakukan oleh sebagian besar perusahaan dalam proses perekrutan karyawan lulusan S1 fresh graduate, yaitu tes wawancara, psikotes, dan tes kesehatan. Sementara itu, tes yang bersifat kemampuan (tes komputer, bahasa inggris, dll) dilakukan tergantung dari masing-masing posisi pekerjaan.
Quote:
Rangkaian test yang harus dihadapi, berdasarkan indeks :
1. Wawancara
2. Psikotest
3. Kesehatan
4. Kecakapan komputer
5. Kemampuan bahasa Inggris
6. Kompetensi bahasa Inggris
7. Tes Matematika
8. Kompetensi dalam berbahasa Indonesia
9. Tes Lainnya

Performa apa saja yang harus dipenuhi oleh lulusan untuk meraih kesuksesan di dunia kerja?
Quote:
Sepuluh karakter yg dinilai
Berdasarkan ranking :
1.Mau bekerja keras
2.Kepercayaan diri tinggi
3.Mempunyai visi kedepan
4.Bisa bekerja dalam Tim
5.Memiliki kepercayaan matang
6.Mampu berpikir analitis
7.Mudah beradaptasi
8.Mampu bekerja dalam tekanan
9.Cakap berbahasa Inggris
10.Mampu mengorganisasi pekerjaan

Dari tabel, menampilkan faktor-faktor yang menentukkan kesuksesan lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja. Faktor-faktor ini digali dari pendapat para recruiter dan user yang mewakili dunia kerja. Kepada mereka, diberikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan performa yang harus dipenuhi seseorang karyawan lulusan perguruan tinggi. Selanjutnya diminta mengurutkan pernyataan-pernyataan tersebut, mana yang paling dipentingkan pertama, ke-2, ke-3, dan seterusnya.

Dari sekian faktor yang inilai oleh para User dan Recruiter, kemauan bekerja keras terpilih sebagai faktor yang dianggap paling memberikan pengaruh terhadap kesuksesan lulusan perguruan tinggi di dalam dunia kerja. Untuk meraih kesuksesan, para lulusan yang telah masuk dunia kerja harus memiliki semangat pantang menyerah dan selalu menjadikan semua persoalan yang dihadapi sebagai pengalaman dan pelajaran yang berharga. Faktor selanjutnya yang menentukkan kesuksesan adalah memiliki kepercayaan diri, mempunyai visi ke depan, dan seterusnya.

Melihat gambaran di atas, ternyata faktor-faktor yang bersifat motivasi/personality (mau bekerja keras, mempunyai kepercayaan diri, dan memiliki visi ke depan) menempati urutan teratas sebagai faktor penentu kesuksesan. Hal ini menjelaskan bahwa jalan menuju kesuksesan akan selalu terbuka jika kita memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk meraihnya.

Apa yang harus dipersiapkan mahasiswa agar berhasil di dalam dunia kerja?

Dari sudut pandang dunia kerja (yang diwakili oleh Recruiter dan User), aktif berorganisasi dinilai paling memberikan pengaruh terhadap kesuksesan seorang lulusan. Beragam aktivitas yang dijalani mahasiswa di dalam organisasi kampus dapat memberikan pembelajaran tentang bagaimana bekerja dalam tim, bertanggung jawab, dan membuat perencanaan yang baik.

Mengasah kemampuan bahasa Inggris termasuk aktivitas yang sangat penting dilakukan mahasiswa. Aktivitas ini menempati urutan ke-2 sebagai faktor yang berperan mengantarkan lulusan kepada kesuksesan. Seperti kita ketahui, saat ini bahasa Inggris memang telah menjadi alat komunikasi internasional yang kerap digunakan orang untuk berkomunikasi di dalam dunia kerja.

Sementara itu belajar dengan tekun menempati urutan ke-3 sebagai faktor yang membentuk mahasiswa menjadi lulusan berkualitas. Namun demikian, aktivitas ini memiliki peranan yang sangat penting dan harus terus diperjuangkan agar mahasiswa bisa memperoleh nilai IPK yang tinggi. IPK yang berperan besar untuk membuka jalan menuju dunia kerja, karena seperti yang dijelaskan sebelumnya, faktor ini merupakan syarat pertama yang paling dipertimbangkan perusahaan ketika menyeleksi surat lamaran pekerjaan dari lulusan S1 fresh graduate.

Berdasarkan paparan di atas, untuk membentuk diri menjadi lulusan berkualitas seorang mahasiswa harus mampu untuk menjalankan aktivitas akademis dan aktivitas non-akademis secara seimbang. Mahasiswa sebaiknya tidak hanya memfokuskan diri untuk menekuni kegiatan perkuliahan saja, tetapi juga perlu melibatkan diri di dalam aktivitas-aktivitas non akademis seperti berorganisasi, mengikuti perkembangan informasi, mengembangkan networking serta mengasah kemampuan teknis seperti kemampuan berbahasa Inggris dan aplikasi komputer.
Quote:
Agar Lulus BekualitasTekun belajar bukan satu-satunya cara untuk menjadi lulusan berkualitas. Anda perlu kegiatan tambahan. Inilah tips dari dunia kerja (berdasarkan indeks) :

Enam Tips dari dunia kerja berdasarkan rangkingnya :
1.Aktif berorganisasi
2.Mengasah bahasa Inggris
3.Tekun belajar
4.Mengikuti perkembangan informasi
5.Memiliki pergaulan luas
6.Mempelajari aplikasi komputer

Pada level posisi apa lulusan perguruan tinggi S1 bekerja?

Kajian berikut menampilkan gambaran perjalana karir lulusan S1 di dalam dunia kerja. Posisi apa yang biasanya diisi oleh lulusan S1 fresh graduate pada entry position? Berapa lama karyawan harus bekerja untuk dapat mencapai posisi manajer? Gambaran berikut ini merupakan keadaan yang secara umum terjadi di perusahaan-perusahaan yang ada di Jabodetabek.

Dari hasil wawancara dengan bagian Recruiter, sebagaian besar lulusan S1 Fresh Graduate menempati posisi staf (69%). Selebihnya ditempatkan di posisi klerikal (19%), dab management trainee (8%). Sementara itu, lulusan S1 fresh graduate yang memenuhi kualifikasi tinggi bisa langsung menempati posisi Team Leader/ Supervisor (4%).

Setelah bekerja selama 2 tahun, lulusan S1 yang sebelumnya hanya menempati posisi klerikal sebagian besar beralih ke posisi staf. Sedangkan, mereka yang tadinya berada di posisi staf banyak juga yang karirnya meningkat menjadi Team Leader/Supervisor. Namun demikian, jumlah stad yang naik ke posis team leader tidak sebanyak jumlah klerk yang naik ke posisi staf.

Selanjutnya, lulusan S1 yang sudah bekerja selama 2 - 5 tahun mayoritas menempati posisi team leader (44%). Selebihnya ada yang berhasil menduduki Assisten/Junior Manager (24%), middle manajer (7%), dan manajer (5%). Posisi manajer paling mungkin diraih oleh lulusan S1 setelah berpengalaman kerja selama lebih dari 5 tahun (41%).

Laju peningkatan karir di setiap level pekerjaan tidak berlangsung secara proporsional. Level posisi yang lebi tinggi terlihat sulit naik dibandingkan posisi yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena struktur organisasi perusahaan berbentuk seperti tingkatan piramida, dimana setiap ruang di level yang lebih tinggi memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan ruang yang berada dibawahnya. Dengan kata lain, semakin tinggi sebuah jabatan semakin besar pula usaha untuk meraihnya.

Lulusan PTN VS PTS dan PTLN VS PTDN

Survei ini juga menggali pendapat responden terhadap kualitas lulusan berdasarkan status perguruan tinggi. Kepada mereka diberikan dua pernyataan : (1) Kualitas lulusan perguruan tinggi negeri S1 lebih baik dibandingkan perguruan tinggi S1 swasta, (2) Kualitas lulusan perguruan tinggi S1 luar negeri lebih baik dibandingkan lulusan S1 dalam negeri. Kemudian responden diminta untuk menjawab apakah setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Hasil survei menujukkan sebanyak 57% responden menyatakan setuju bahwa kualias lulusan perguruan tinggi S1 negeri lebih baik dibandingkan swasta. Sisanya, 43% menyatakan tidak setuju. Hal ini relevan dengan paparan sebelumnya yang menjelaskan meskipun urutan lulusan terbaik didominasi oleh lulusan PTN , namun ternyata ada lulusan yang berasal dari PTS yang kualitasnya mampu mengungguli lulusan PTN.

Sementara itu, mayoritas responden (63%) menyatakan tidak setuju jika lulusan perguruan tinggi S1 luar negeri dikatakan lebih baik dari lulusan dalam negeri.

Penutup

Besarnya jumlah lulusan perguruan tinggi S1 yang menganggur telah menujukkan bahwa saat ini gelar sarjana bukanlah sebuah jaminan bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Sementara itu, lapangan pekerjaan yang sempit menyebabkan tingkatan persaingan di dalam dunia kerja menjadi semakin ketat, dan pihak perusahaan hanya bersedia merekrut lulusan-lulusan handal.

Pada dasarnya kunci dari sebuah kesuksesan adalah kemauan keras dan motivasi yang kuat untuk meraihnya. Oleh karena itu, para mahasiswa dan calon mahasiswa perguruan tinggi hendaknya memiliki untuk terus mengasah kemampuannya serta mengambil langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan diri menjadi pribadi yang unggul dan memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja.

Bagi calon mahasiswa, persiapan yang dilakukan sebaiknya dimulai dari memilih jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki. Bagian ini sangat menentukan keberhasilan selama menjalani pendidikan di bangku kuliah. Jika salah mengambil jurusan, biasanya mahasiswa tidak lagi memiliki motivasi dan pada akhirnya mendapatkan hasil akademik yang mengecewakan. Oleh karena itu, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari, calon mahasiswa sebaiknya mengenali lebih dekat bakat dan minatnya masing-masing sebelum memilih jurusan yang hendak dimasuki. Sementara itu daftar urutan lulusan perguruan tinggi terbaik serta persepsi dunia kerja terhadap kualitas lulusan dari temuan survei ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukkan perguruan tinggi yang akan dipilih.

Sementara itu, para mahasiswa harus mampu memanfaatkan keadaannya di kampus dengan sebaik-baiknya. Selain menekuni kegiatan perkuliahan, para mahasiswa perlu ikut melibatkan diri ke dalam aktivitas-aktivitas non akademis seperti berorganisasi, mengikuti perkembangan informasi, mengembangkan networking serta mengasah kemampuah teknis seperti kemampuan berbahasa Inggris dan aplikasi komputer. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara prestasi akademik dan prestasi non akademik.

Demikian pemaparan hasil survei ini, semoga dapat membarikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca.

Sumber : Panduan Memilih Perguruan Tinggi 2007, Copyright � Pusat Data dan Analisa Tempo

Sabtu, 02 Agustus 2008

Parpol Pemilu 2009

Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya memutuskan nomor-nomor urut peserta pemilu 2009 mendatang. Dalam rapat ini juga dihadiri oleh ketua-ketua umum partai seperti Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla.

Berikut nama partai dan nomor urutnya:

1. Partai Hanura

2. Partai Karya Peduli Bangsa

3. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia

4. Partai Peduli Rakyat Nasional

5. Partai Gerindra

6. Partai Barisan Nasional

7. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

8. Partai Keadilan Sejahtera

9. Partai Amanat Nasional

10. Partai Perjuangan Indonesia Baru

11. Partai Kedaulatan

12. Partai Persatuan Bangsa

13. Partai Kebangkitan Bangsa

14. Partai Pemuda Indonesia

15. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme

16. Partai Demokrasi Pembaruan

17. Partai Karya Perjuangan

18. Partai Matahari Bangsa

19. Partai Penegak Demokrasi Indonesia

20. Partai Demokrasi Kebangsaan

21. Partai Republika Nusantara

22. Partai Pelopor

23. Partai Golongan Karya

24. Partai Persatuan Pembangunan

25. Partai Damai Sejahtera

26. Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia

27. Partai Bulan Bintang

28. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

29. Partai Bintang Reformasi

30. Partai Patriot

31. Partai Demokrat

32. Partai Kasih Demokrasi Indonesia

33. Partai Indonesia Sejahtera

34. Partai Kebangkitan Nasional Ulama

adapun kampanye online telah banya dilakukan oleh banyak parpol. banyak dari beberapa parpol yang lulus ferifikasi telah menjalankan roda politiknya dan berusaha meraih partisipan di dunia maya. akan ini akan mempengaruhi keberhasilan parpol dalam meraih kursi di DPR dimana menjadi tujuan final di pemilu 2009?

Presiden Republik Indonesia tahun 2009

Menjelang iklim pesta demokrasi tebesar di indonesia di tahun 2009 parpol di Indonesia mulai bebenah. agaknya kasus koripsi yang kini banyak disinggung oleh media dimana melibatakan anggota legislatif yang notabene merupakan anggota suatu parpol yang ada di Indonesia. hal ini sangat banyak mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada partai politik yang segharusnya merupakan jmebatan bagi rakyat kepada pemerintah.
Dalam realita tersebut terbelsit maksud dibalaik fenomena korupsi yang begitu ruwetnya. hal tersebut adalah manakah pemimpin yang panras dan layak memimpin negeri kita tercinta ini. dalam beberapa sisi banyak yang memandang pemerintah dari umur yang dipandang terlalu tua dalam memimpin negeri ini namun generasi muda dipandang kurang berpengalaman dalam mmimpin negeri ini. manakah yang layak???
dalam beberapa jajak pendapat yang dilaksanakan oleh media yang berkompopenten seperti lembaga survei Indonesia, barometer Indonesia, dan lain-lain memberikan daftar kandididat yang dipandang patut maju pada Pemilihan Umum tahun 2009. adapun daftar nama tersebut adalah sebagai berikut:

- Tokoh-tokoh yang telah mengumumkan akan mencalonkan diri atau menerima pencalonan pada 2009 adalah:

- Tokoh-tokoh yang telah menyatakan kemungkinan akan mencalonkan diri antara lain

- Tokoh-tokoh lain yang dianggap memiliki peluang dalam pemilihan presiden antara lain,

adapun hasil survei yang mendasari adanya penetapan prediksi kandidat presiden seperti di atas adalah sebagai berikut:
demikian lah data dan analisa yang dapat saya publikasikan sebagai tindak lanjut beberapa hasil survei berbagai lembaga survei. adapu bila ada kekurangan saya ucapkan banyak minta maaf...

daftar pustaka:
- http://www.wikipedia.org

Kamis, 31 Juli 2008

JAGAL dari JOmbang

Ryan Mau Nikahi Janda Kaya


Jumat, 1 Agustus 2008 | 09:26 WIB

JAKARTA, JUMAT - Korban Ryan terus bertambah. Selain 11 korban yang sudah ditemukan menjadi mayat muncul korban Ryan yang lain, yakni SD, seorang janda kaya. SD merasa beruntung karena masih hidup meski hartanya diporotin Ryan.

Janda kaya yang tinggal di Jakarta ini mengaku tertipu oleh Veri Idham Henyansyah alias Ryan (30). Ryan memoroti janda itu ketika mereka berpacaran.

Sang janda, yang anak pengusaha yang sering bolak-balik Indonesia-Jerman, termakan rayuan maut Ryan. Mereka bahkan telah membicarakan rencana pernikahan.

Saat itu Ryan berjanji untuk melamar manakala keluarga SD pulang dari Jerman. Ryan juga menjanjikan mengajak SD ke Jombang, Jawa Timur, untuk dipertemukan dengan orangtuanya. "Untungnya saya belum sempat ke Jombang. Kalau sudah ke sana, nasib saya mungkin sama dengan korban-korban lain," ujar SD seperti ditirukan seorang petugas Polda Metro Jaya, Kamis (31/7).

Atas serangkaian pembunuhan yang dilakukannya, Ryan mengakui bahwa ia selalu lebih dulu mengeluarkan uang untuk mendekati orang-orang yang pada kemudian hari menjadi korban pembunuhannya. Setelah hubungan mereka dekat, orang tersebut dibunuh dan hartanya disikat.

Pada rekonstruksi, kemarin (Kamis), Ryan juga mengaku bahwa 10 korbannya dihabisi di dekat dapur rumahnya di Desa Jatiwates, Tembelang, Jombang, Jawa Timur.

Kepala Desa Jatiwates Makhmud yang mengikuti rekonstruksi mengatakan, hampir seluruh korban dihabisi di depan pintu dapur. "Rata-rata dibunuh di situ," katanya.

Sementara itu, menurut petugas, SD mengaku kaget saat tahu Ryan adalah pelaku mutilasi Heri Santoso. Ia juga kaget ketika tahu ternyata pacarnya adalah seorang gay. "Gila! Gila..., saya ini kok enggak teliti," ujar SD.

Selama pacaran dengan Ryan, SD kerap membantu keuangan Ryan. Jumlah uang yang diserahkan kepada Ryan mencapai Rp 13 juta. "Uang itu diberikan secara tunai dan lewat transfer bank," ujar petugas.

Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Carlo Brix Tewu mengatakan, semua informasi yang disampaikan warga ke Polda Metro Jaya, termasuk keterangan SD, akan ditindaklanjuti dengan meminta keterangan dari pelapor.

Mesra

Kemampuan Ryan dalam memengaruhi ataupun merayu orang terlihat dari pesan singkat yang dikirim ke ponsel Antonius Setiawan alias Wawan, salah satu korban yang dihabisi di Jombang oleh Ryan. "Saya membaca SMS dari Ryan itu jadi terhanyut. Kalimatnya puitis. Pokoknya isi SMS-nya sangat indah seperti puisi orang yang sedang kasmaran," ujar Fitri Sumayah (28), sahabat Wawan.

Sementara itu, dokter kejiwaan RS Bhayangkara, Surabaya, AKBP dr Roni Subagyo menganalisis, Ryan menghabisi para korbannya dengan penuh kesadaran. Perilaku kriminal Ryan banyak dipengaruhi masa kecilnya yang kurang mendapat perhatian dari Ny Siyatun, ibunya, yang beberapa kali gagal dalam berumah tangga.

Roni yang telah melakukan tes kejiwaan terhadap Ryan mengatakan, ada tiga hal yang menggambarkan kejiwaan Ryan. Hal pertama, tidak ada tanda-tanda Ryan mengalami gangguan jiwa berat. "Artinya, daya nilai realitas yang bersangkutan baik atau normal," katanya di Mapolda Jatim, Kamis siang.

Kesimpulan kedua adalah dalam orientasi seksual, Ryan lebih suka terhadap sesama jenis (homoseksual), sedangkan yang ketiga adalah Ryan sangat sensitif, mudah tersinggung, dan mudah marah. Dalam melampiaskan kemarahannya, ujarnya, Ryan selalu bertindak impulsif dan agresif. "Misalnya melempar, membanting, merusak, atau memukul," katanya.

Sifat serupa juga didapati pada Ny Siyatun. "Ibunya juga mempunyai sifat yang mirip dengan Ryan. Ia juga orang yang sensitif, mudah tersinggung, dan mudah marah. Namun, secara umum (kejiwaannya) normal," kata Roni.

Linggis

Sementara itu, selain menggelar rekonstruksi di rumah Ryan, kemarin polisi juga kembali melakukan penggalian untuk memastikan ada atau tidaknya korban lain. Lokasi yang digali adalah beberapa titik di pekarangan dan di kamar Ryan. Namun, hingga selesai penggalian, tidak ditemukan mayat seperti yang diduga selama ini.

Kepala Desa Jatiwates Makhmud yang mengikuti rekonstruksi mengatakan, Ryan antara lain memeragakan caranya menghabisi para korban. Korban Ryan rata-rata dihabisi dengan cara dipukul dengan linggis pada tengkuknya. "Mula-mula korban diajak duduk-duduk di tangga di depan halaman. Begitu lengah, korban dihantam tengkuknya sampai meninggal lalu diseret ke lubang," katanya.

Ryan juga memeragakan cara menghabisi Nanik Hidayati dan anaknya, Silvia Ramadani. Menurut Makhmud, ibu dan anaknya itu juga dihabisi dengan dihantam linggis.

Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Kasyanto mengaku, polisi masih terus menyidik kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan dan tidak berhenti pada rekonstruksi tersebut. "Pengakuan Ryan berubah-ubah, jadi tidak bisa dipercaya begitu saja. Polisi terus melakukan penyidikan," katanya. (Surya)

sumber: http://www.kompas.com

Sabtu, 26 Juli 2008

sejarah HMI

Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) merupakan organisasi utama dari Himpunan Mahasiswa Islam. HMI-MPO ini lahir saat menjelang kongres HMI XVI yang diselenggarakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 24-31 Maret 1986. Eksponen organisasi ini lebih senang menamakan dirinya sebagai HMI 1947, mengacu pada tahun pendirian organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia yang sejak awal menetapkan Islam sebagai azas organisasinya .

HMI MPO Dan Gerakan Reformasi 1998

Pada mulanya MPO merupakan nama sekelompok aktivis kritis HMI yang prihatin melihat HMI yang begitu terkooptasi oleh rezim orde baru. Kelompok ini merasa perlu bergerak untuk mengantisipasi intervensi penguasa pada HMI agar HMI mengubah azasnya yang semula Islam menjadi pancasila. Bagi aktivis MPO, perubahan azas ini merupakan simbol kemenangan penguasa terhadap gerakan mahasiswa yang akan berdampak pada termatikannya demokrasi di Indonesia.

Untuk menyampaikan aspirasinya, mula-mula forum MPO ini hanya berdialog dengan PB (pengurus besar) HMI. Akan tetapi karena tanggapan PB yang terkesan meremehkan, maka akhirnya MPO melakukan demonstrasi di kantor PB HMI (Jl. Diponegoro 16, Jakarta). Demonstrasi tersebut ditanggapi PB HMI dengan mengundang kekuatan militer untuk menghalau MPO. Beberapa anggota MPO ditangkap oleh aparat dengan tuduhan subversif. Akhirnya simpati dari anggota HMI mengalir dan gerakan ini menjadi semakin massif.

Akhirnya dalam forum kongres di Padang pada tanggal 24-31 Maret 1986. HMI terpecah menjadi dua, yaitu HMI yang menerima penerapan asas tunggal (HMI-DIPO) dan HMI yang menolak asas tunggal (HMI-MPO), dan tetap menjadikan Islam sebagai asas organisasi. Selanjutnya kedua HMI ini berjalan sendiri-sendiri. HMI DIPO eksis dengan segala fasilitas negaranya, dan HMI MPO tumbuh menjadi gerakan bawah tanah yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan negara. Pada periode 90-an awal HMI MPO adalah organisasi yang rajin mengkritisi kebijakan Rezim Orba dan menentang kekuasaannya dengan menggunakan sayap-sayap aksinya yang ada di sejumlah provinsi. Sayap aksinya yang terkenal antara lain adalah FKMIJ (Forum Komunikasi Mahasiswa Islam Jakarta) dan LMMY (Liga Mahasiswa Muslim Yogyakarta) di Jogyakarta tempat berkumpulnya para aktifis demokrasi LMMY merupakan sebuah organisasi masa yang disegani selain PRD dan SMID. Aksi solidaritas untuk Bosnia Herzegovina di tahun 1990 yang terjadi di sejumlah kampus merupakan agenda sayap aksi HMI MPO ini. Aksi demonstrasi menentang SDSB ke Istana Negara dan DPR/MPR pada tahun 1992 adalah juga kerja politik dua organ gerakan tersebut sebagai simbol melawan rezim. Aksi penolakan terhadap rezim orde baru di Jogyakarta merupakan bukti kekuatan HMI MPO dimana aksi 2 dan 3 April 1998 yang menjadi pemicu dari gerakan selanjutnya di Jakarta. Pada peristiwa pendudukan gedung DPR/MPR tanggal 18-23 Mei 1998, HMI MPO adalah ormas satu-satunya yang menduduki gedung tersebut di hari pertama bersama FKSMJ dan FORKOT yang kemudian diikuti oleh ratusan ribu mahasiswa dari berbagai universitas dan kota hingga Soeharto jatuh pada 21 mei 1998. Pasca jatuhnya Soeharto, HMI MPO masih terus demonstrasi mengusung gagasan perlu dibentuknya Dewan Presidium Nasional bersama FKSMJ.

Struktur organisasi

Struktur organisasi HMI-MPO dibagi dalam beberapa golongan yakni :

  • Struktur kekuasaan,
  • Struktur pimpinan,
  • Lembaga-lembaga Khusus,
  • Lembaga Kekaryaan, serta
  • Majelis Syuro Organisasi (MSO).

Struktur kekuasaan tertinggi di HMI MPO adalah forum Kongres, selanjutnya ditingkat Cabang ada Konperensi Cabang (Konperca) serta Rapat Anggota Komisariat (RAK). Sedangkan struktur pimpinan terdiri atas Pengurus Besar (PB), Pengurus Cabang (PC), serta Pengurus Komisariat (PK).

Untuk memperlancar serta mempermudah manajemen organisasi maka dibentuklah Koordinator Komisariat (KORKOM) sebagai pembantu cabang dalam mengkoordinir komisariat, serta Badan Koordinasi (BADKO) sebagai pembantu Pengurus Besar dalam mengkoordinir cabang. HMI (MPO) hingga saat ini (Oktober 2003) telah memiliki 38 cabang yang tersebar diseluruh penjuru Tanah Air dan untuk itu dibentuk 3 Badan Koordinasi (Badko) yakni: Btra]],Banten,DKI,Jabar), Badko Indonesia Bagian Tengah (Kalimantan,Jateng,DIY,Jatim,Bali) dan Badko Indonesia Bagian Timur (Sulawesi,Maluku,NTB,NTT,Papua).

Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang terkait dengan bidang khusus, maka dibentuk Lembaga-lembaga Khusus seperti Korps Pengader Cabang (KPC), Korps HMI-Wati (KOHATI), dan lain-lain. Sedangkan untuk meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme para anggota HMI, dibentuk Lembaga-lembaga Kekaryaan seperti Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI), Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI), dan sebagainya.

Kamis, 20 Maret 2008

Ternate Diguncang Gempa 5,4 SR

20/03/2008 22:12 wib - Nasional Aktual

Jakarta, CyberNews. Kota Ternate kembali diguncang gempa pada pukul 19.15 WIB. Saat ini kekuatan gempa yang tercatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) sebesar 5,4 Skala Ritcher (SR).

Berdasar data yang dikutip BMG, Kamis (20/3/2008), lokasi gempa berada pada koordinat 1.62 Lintang Utara dan 127.21 Bujur Timur atau berada pada wilayah 95 Km Barat Laut Ternate, Maluku Utara. BMG mencatat, gempa yang ketujuh kalinya mengguncang Ternate ini, berkedalaman 103 Km dari permukaan bumi.

Hingga kini belum terdapat kabar yang menyebutkan kerugian materi dan jiwa yang diderita oleh masyarakat Ternate akibat gempa yang terjadi pada malam ini.

(OKZ /CN09)

sumber:

www.suaramerdeka.com


Kamis, 06 Maret 2008

hi guys




its my first blog, it is made by me just for u clikers,
blog ini menyediakan info yang menarik nantinya, in english or indonesian, so the last word is see u,