Minggu, 22 Februari 2009

Daerah



Slawi, Permata di Pantura

Oleh: Itsnani Mardlotillah)*

Berbagi isu pembangunan yang dihembuskan oleh berbagai pihak di gedung parlemen memang tidak jarang kita dengarkan sembari kita duduk santai di depan televisi. Sebagai negara berkembang perkembangan dan pembangunan menjadi hal yang lumrah kita lihat di sekitar kita. Memang merupakan kewajiban bagi negeri ini untuk membuat bangsa ini lebih baik lagi di masa mendatang.

Sebagian orang berpendapat bahawa adanya perubahan di negeri ini adalah hanyalah suatu euforia sesaat dan kadang ditinggalkan maupun difokuskan. Hal tersebut memang lumrah apabila kita melihat adanya keaptisan masyarakat pada proses pembangunan yang tidak kunjung memperbaiki hidup mereka. Kejenuhan dalam proses pembangunan memang dapat menjadi menuju nilai yang negatif, apabila seorang pemimpin tidak dapat menyikapinya dengan baik.

Sebagai salah satu negeri yang tidak lepas dari regulasi yang mengikat berdirinya bumi pertiwi ini, tentunya kita ketahui bersama tentang adanya regulasi yang mengikat adanya pakem kewajiban negeri untuk menyelenggarakan proses tersebut. Dari sudut pandang ini pun kita menjadi tersudut secara terpaksa ataupun tidak untuk melaksanakan pemabanguan.

Pembangunan yang dikatakan disini bukanlah hanya bersifat fisik semata. Aspek non wujud seperti etos kerja, kualitas SDM menjadi hal yang tidak dapat dihindari dari segala jenis jalan pembangunan. Pembangunan yang kian kompleks ini, merupakan imbas dari perjalanan dari suatu negara yang sedang mencari jati diri. Memang bukanlah hal yang mudah untuk menyeimbangkan antar dua aspek yang amat krusial tersebut. Tidak ada yang harus didahulukan atau bahkan ditinggalkan memang. Semua pihak, regulasi, masyarakt, maupun keadaan menuntut untuk melakukan hal tersebut secara proporsional dan professional.

Sebuah Permata

Jauh dari hiruk pikuk kota metropolis yang syarat dengan semangat hedonisme dan konsumerisme, ternyata masih ada daerah yang masih bangga dengan sebutan kota yang tekah di sematkan kepadanya dengan masih menjaga kearifan kedaerahnya. Sedikit fanatis memang saya menyatakan hal ini, namun bukan berarti tanpa sebab. Dengan geliat perekonomian dan proses sosial yang semakin kompleks, sebagai sebuah kota kecil di dekat jalur pantura, Slawi pantas mendapatkan acungan jempol atas kerja kerasnya dalam meningkatkan keinginannya untuk tetap pantas mendaptkan perdikat kota.

Sebagai Ibukota Kabupaten Tegal, mengantarkan Slawi sebagai salah satu kota yang termarginalisasi dari pergaulan perkotaan tetangganya Kota Tegal yang notabene mendahului pertumbuhannya sebagi kota yang berhak menyandang kota metropolis saat ini. menjadi sauatu keirian sendiri sebgai suatu kota yang amat berdekatan denagnnya. Namun, Slawi sebagai kota prematur mulai menunjukan eksistensinya dengan mencoba merias wajah kotanya.

Di bawah kepemimpinan bapak Agus Riyanto, S.Sos yang sudah mendapat kepercayaaan rakyat selama kurang lebih dua periode pemerintahan, pembangunan infrastruktur kota kabupaten ini mulai menunjukan baunya. Pembanguna di sana-sini dalam rangka meninbulakan denyut perekonomian rakyat yang lebih menggebu memang agak terpecah dengan pembangunan yang harus pula dilaukan di beberapa kecamatan dalam cakupan kabupaten tegal.

Stimulus ekonomi daerah seperti pembanguan infrastruktur kota, gencar dilakukan oleh pemerintah. Pemabanguan bundaran di depan masjid agung Slawi, stasiun, jalan lingkar, dan lain-lain memang diperuntukan untuk denyut perekonomian rakyat dan kota Slawi dan Kabupaten Tegal secara Umum yang lebih baik dan lebih berprospek. Menjadi perencanaan yang cukup pelik memang memandang masyarakt yang dipandang belum siap dalam menerima perkembangan yang ada, dan cenderung agak apatis melihatnya.

Potensi yang Prospektif

Kota Slawi secara khusus dan Kabuipaten bukan berarti tidak memiliki kekuatan lokal yang amat prospektif. wilayah yang terdiri dari daratan seluas 87.879 ha dan luas laut 121,50 km2. Wilayah daratan kabupaten ini memiliki kemiringan bervariasi, mulai dari datar hingga sangat curam, memiliki potensi alam yang meliputi pesisir hingga pegunungan. Daerah wisata seperti Purwahamaba Indah, Pemandian Air Panas Guci, dan lain-lain adalah sebagian contoh keindahan alam Kabupaten Tegal yang dapat dinikmati.

Teritori yang terkenal dengan budaya moci-nya (minum teh di wadah tanah liat) dan produksi tehnya yang sudah merambah pasar nasional maupun internasional, memiliki letak yang strategi. Popularitas bahasa komunikasi yang akarab disebut dengan bahasa ngapak (walupun masyarakat Tegal kebanyakan tidak suka dengan sebutan itu) ini, turut menyumbang perkembangan daerah ini yang kian materialistis.

Dibangunnya berbagi pusat perbelanjaan baik mall, maupun swalayan hingga integritas dari modern hingga tradisional menjadi suplemen tersenderi atas perkembangan daerah kekuasaan kota slawi ini. Bukan salah daerah ini apabila pembanguan ternyata cenderung jalan di tempat. Kondisi masyarakat yang amat prismatik amat peka dengan kondisi nasional maupun global di segala aspek termasuk ekonomi.

Mungkin alasan pembelaan pendapat saya di atas telah banyak menjelaskannya. Namun, sebagai salah satu warga wilayah ini, memiliki kritik yang langsung ingin saya sampaikan kepada pemerintah kabupaten. Jangan sampai pembangunan kegitan perkonomian modern mengesampingkan suasana proporsioanl pembagian pengasilanm daerah yang jangan hanya disakan hanya pada satu teritori yang kadang dapat menyebabkan adanya kesenjangan yang amat jelas. Perlu adanya pertimangan untuk membentuk model pembanguna yang lebih strategis dan dapat dinikmati seluruh elemen masyarakat secara luas di Kabupaten Tegal.

Paesan

Bukan menjadi alasan yang amat primodialis ketika memang wajah kota terbukti meningkatkan predikat kota sebagai suatu wilayah kumpulan sosialisasi modern dan eksistensi kota dalam berbagi aspek kehidupan kerakyatan termaksuk ekonomi, budaya, sosial, atau bahkan politik. Menjadi suatu hal lagis pula apabila suatu pemerintahan perkonsentrasi dalam berbagai progam pembangunan duniawi atas dasar eksistensi perkotaan apabila melihat wajah negeri ini dan dunia ini yang telah berubah menuju kebudayaan yang materialistis.

Apabila kita tilik keberhasilan dari Solo yang telah menjelma menjadi kota yang bertitel “the spirit of Java”. Menjadi suatu panutan pula bagi bebagi kota di Jawa Tengah yang salut dengan perjalanan kota ini yang notabene berangkat dari darah miskin di darah selatan pulau jawa.

Menjadi suatu kesuksesan tersendiri bagi seorang pemimpin kota ini dalam membangun kotanya atau daerahnya melalui stimulus ekonomi berupa pembangunan infrastruktur kota yang menarik investor lokal maupun asing. Langkah ini pun dikuti kabupaten sragen yang berkali-kali mendapatkan bayak penghargaan sebagi daerah yang pro investasi dari pemerintah pusat. Pujian-pujian tidak pernah lekang rasanya mengalir kepadanya.

Menjadi suatu impian suatu daerah ketika suatu masyarakat daerah mulai menjalankan kegiatannya dan berharap akan keadaan yang lebih baik dalam perjalanan kehidupannya sebagai simbol pergaulan kedaerahan. Kekuatan lokal yang kuat juag berperan kuat dalam kelangsungan program pembanguna du daerah ini. hal yang kadang sering dikesampingkan oleh pemda yang hanya memenuhi hasrat pencapaian trend kota masa kini yang amat individualis dan materialis.

Kebudayaan dan akar nilai-nilai leluhur dapat menjadi alat bagi daerah sesungguhnya untuk bersaing dengan ‘rival-rivalnya’. Dalam hal ini memang agaknya sebagian besar dari daerah di negeri ini masih bertanya-tanya masalah jati diri mereka sebagai daerah yang mandiri termasuk yang dirasa di Kota Slawi-Kabupaten Tegal.

Menjadi hal yang amat gawat apabila hal tersebut kita biarkan tanpa tindakan tersebut, karena fitrah keberagaman yang telah diberikan-Nya pada negeri ini kita sia-siakan. Permata-permata negeri ini yang sudah berwarna menjadi hal yang tidak pantas dihilangkan, namun kita mempunyai tugas penting untuk mengasahnya lebih baiklagi supaya kilaunya tidak hanya dinikati dendiri namun seluruh seantero negeri di dunia ini.

)*Mahasiswa Administarsi Publik Angkatan 2007

FISIP-Universitas Dippnegoro

Tidak ada komentar: