Minggu, 04 Oktober 2009

Sajak - Fragmen

Fragmen I


Ketika hari nurani tertutup

Ketika senja berganti, tidak pernah diri terpartri pada suatu tujuan yang banyak didambakan setiap insan

Sewaktu diri ini merapuh,

Tak ada sutu tiang duniawi yang bisa aku gapai

Diri kian merapuh lunglai tak penuh gairah

Jika ada daya ini menggapai langit nan biru

Kan ku buat istana megah di sana

Bagi peraduan sanak saudaraku

Ketika pertanyaan itu tidak berhenti mengucur dari rongga mulutnya

Tak pernah ku renungi arti kerja dan keras

Dari ini kian melunglai tak tau mana yang akan digapai

Hanya suara-suara gaib membayangiku

Tak pernah, mengapa hati ini berbicara

Katup keduniaan telah memberangus kebeningan telaga nurani

Kesejukan kini telah hilang untuk selama yang tak terprediksi

Namun, ternyata ada suatu telaga di sana

Yang tetap memberikan kesejukanbagi setiap insan yang kian menghampa

Ketika hati ini mulai terbungkam

Bagaimana diri ini bisa terus berdiri dan mengatakan bahwa diri ini adalah manusia

Jikalau ada daya tangan ini untuk

Merengkuh katup hati ini yang semakin terus menhujam

Ketika hati dan nurani ini menyatu

Semakin jelas apa yang harus aku berikan pada mereka

Namun, jikalau semua hanya berakhir pada

Kerangka kemaksiatan, terhujamlah diri ini pada suatu sel bergerigi, tertutup, tak ada celah bagi insan ini untuk sekedar mencari kesejukan di dunia luar.


Fragmen II


Saat keadilan telah kabur dilihat mata

Sewaktu engkau mulai bergeming melihatnya

Ia tidak pantas memperdulikannya

Jikalau pagi ini hari baru bagiku, mengapa ia tak kunjung berikan aku cahaya keilahian...

Saat keadilan menjadi semu

Tak ada lagi yang peduli

Tak ada lagi yang peduli

Tak juga dia, mereka, kamu, aku...

Jika berani adanya kebebasan itu

Mengapa diri ini selalu penat terjerat kejenuhan duniawai

Kerang di samudra masih bangga dengan kekuatan cangkangnya

Namun hati insan tak mungkin dapat jadi kebanggaan bagi insan sebagai manusia

Manusia fatamorgana

Ia sedang mendambakan suatu kebenaran di tengah padang ilalang yang gersang

Jika ada setitik awan di sana

Mengapa tak kunjung ia turunkan demi kesejukan di setiap helai tubuh ini

Kuning menguning saat diri ini ada di atas bumi segera aku melangkah dengan tangan pendekku ini

Namun dalam hidup selalu ada irama yang menyelaraskan

Tapi rahasia tetaplah sebagai rahasia

Ada kidung yang selalu gadis itu dedangkan

Polos seputih kertas yang baru di cetak

Sejuk tanpa ada ambisi kebinatangan

Kian jelas siapakah diriku saat ini

Jika aku bertanya padanya

Anggukan manis selalu kucoba merangkainya

Namun, mengapa hanya kebuntuan semata yang kadang di dapatnya

Tak seorang peduli dengan keadaaan ini

Tak seorangpun menambatkan perhatiannya pada diri ini

Hari ini

Buku-buku kebohongan itu masih teronggok di sana

Jika dari ini bukan pujangga mengapa kubiarkan

Pena ini terus menunjukan kebolehannya dalam pertautan gelaran putih kehidupan

Penuh dengan ambisi, namun mengapa mata ini selalu semu dalam mendambanya

Tujuan hidup ini hanyalah sebuah fatamorgana

Dengan diri yang kian jelas merengkung diri ini

Keluar dari sel kehidupan yang kian menghitam


Fragmen III


Kini jiwa kian terjerat dalam alunan lembut musik syaitan

Telah banyak jiwa yang telah terperdaya olehnya

Sujud ilahi pun tak kunjung memberikan hasil berupa bersihnya hati dan kalbu ini

T’lah kucoba ku gerakan penaku searah dengan detak jantungku

T’lah kucoba semua arah tangan ini kepada adanya sebuah tujuan

Sepi belakang duka, selalu membelenggu

Kini cahaya ilahi samar-samar di pelupuk mataku

Bergejolak seakan mencoba membangunkan dalam tidurku yang panjang

Walau usahanya begitu kuat menyapa pintu nafsu baja, tetap sulit ditembusnya

Saat terang terbecik dalam kekelaman hati ini, tak pernah terlintas pada diri mengapa hati semakin lama semakin membeku

Ada sebuah pisau tajam sedang dipegang penyihir jahat disana

Seakan mengajakku kembali pada jurang kesunyian dan kenistaan dalam sebuah fragmen kehidupan

Ada malaikat yang masih kulihat terus mendendangkan lantunan sajak indahnya

Mulutnya mencoba memberikan pengertian tentang arti sebuah kehidupan dan keberpendirian

Namun, apalah artinya sehingga dan ketika hati ini sudah tidak pernah menerima suguhan yang terus ia berikan kepadaku

Ketika penaku mulai bergejolak mencari hasrat yang kian hari kian mencari

Tujuan keberadaan yang ada disamping di diri ini

Gejolak itu amat besar lebih besar dari sebelumnya

Seakan ia tak pernah lelah memperdayaku dalam bingkai dunia ini

Saat-saat kebohongan dan kemunafikan terus meraja dalam hidup ini, kapanlah cahaya kehidupan ini akan menembus pada lembah belantara kehidupan yang kian dihiasai oleh sihir iblis yang kejam

Hipnotis kotor, atau suci sedang ia berikan padaku

Tak dapat memilih memilah jikalu andai diri ini ada di tengahnya

Mesin itu selalu memberikan kebohongan-kebohongan yang nista

Kebohongan yang tidak pernah ingin aku dengar

Lalu, manakah tempat seharusnya aku berpijak dalam dunia ini

Keinginan jikalu semua itu suci di depanku

Akan terus aku berjuang

Seakan tak akan pernah peduli hijab-hijab dalam diri ini

Kebebasan apa ini?! mengapa semua tak pernah aku temukan

Pada akhirnya kuncup bunga bakung itu terus merekah di tengah gersangnya padang pasir nan kering

Indah atau nistanya tak pernah ia pedulikan

Karena itulah tujuan mengapa ia diciptakan di dunia ini

Tidak ada komentar: